Tampilkan postingan dengan label Pembelaan Terhadap Syaikh Imam. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Pembelaan Terhadap Syaikh Imam. Tampilkan semua postingan

Selasa, 15 Maret 2016

Mengenal Hakekat sebutan Wahabi


Asy-Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abdillah bin Baz Rahimahullah ditanya: “Sebagian orang menyebut ulama-ulama Saudi Arabia sebagai ulama-ulama “Wahabi”. Apakah Anda rela dengan penyebutan ini?”
Jawab :
“Ini adalah julukan terkenal untuk ulama-ulama Tauhid, ulama-ulama di negeri Najd (sebuah kota kecil dekat Riyadh Saudi Arabia, pen). Mereka (para penuduh tersebut) menisbahkannya kepada ASY-SYAIKH AL-IMAM MUHAMMAD BIN ‘ABDIL WAHHAB rahmatullah ‘alaihi. Karena beliau BERDAKWAH MENGAJAK KEPADA AGAMA ALLAH pada paroh kedua abad ke-12 hijriyah. Beliau berupaya serius dalam menjelaskan tauhid dan menjelaskan bahaya syirik kepada umat manusia, hingga melalui beliau Allah memberikan hidayah kepada manusia dalam jumlah yang sangat besar. Umat manusia masuk dalam Tauhidullah, dan meninggalkan berbagai bentuk syirik akbar yang sebelumnya mereka berada di atasnya, baik berupa penyembahan kepada kubur, bid’ah-bid’ah yang terkait kuburan, maupun penyembahan kepada pohon-pohon dan batu-batu , serta sikap ekstrim dalam mengkultuskan orang-orang shalih. Jadilah dakwah beliau adalah dakwah TAJDIDIYYAH (PEMBAHARUAN) ISLAMIYYAH yang sangat besar.

Sabtu, 03 Oktober 2015

Benarkah Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab atTamimiy dalam fatwanya mengatakan pemerintah yang tidak berhukum dengan hukum Islam termasuk thoghut dan Saudi termasuk di dalamnya?

Oleh : ustadz Abu Utsman Kharisman
http://salafy.or.id/blog/2015/10/03/benarkah-syaikh-muhammad-bin-abdil-wahhab-attamimiy-dalam-fatwanya-mengatakan-pemerintah-yang-tidak-berhukum-dengan-hukum-islam-termasuk-thoghut-dan-saudi-termasuk-di-dalamnya/
Benarkah Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab atTamimiy dalam fatwanya mengatakan pemerintah yang tidak berhukum dengan hukum Islam termasuk thoghut dan Saudi termasuk di dalamnya?
Jawaban:
Pertama, Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab tidaklah memahami ayat tentang tidak berhukum dengan hukum Allah seperti pemahaman Khawarij. Beliau memberikan penjelasan sebagaimana penjelasan Ulama Ahlussunnah.

Minggu, 03 Mei 2015

PEMBERONTAKKAN TERHADAP DAULAH UTSMANIYAH?

APAKAH SYAIKH MUHAMMAD BIN ABDUL WAHHAB رحمه الله TELAH MELAKUKAN PEMBERONTAKKAN TERHADAP DAULAH UTSMANIYAH ?

Sebuah Bantahan Atas Syubhat Khawarij

Pertanyaan: Apakah yang dilakukan Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab terhadap daulah utsmaniyah adalah bentuk pemberontakan terhadap khilafah?

Jawaban:

بسم الله الرحمن الحيم.
Segala puji hanya untuk Allah, dan semoga shalawat dan salam atas nabi Muhammad, amma ba’du.

Sebagian pihak yang memiliki kepentingan dari kalangan neo khawarij menyebarkan isu bahwa Syaikh Imam Muhammad bin Abdul Wahhab rohimahulloh telah melakukan pemberontakan terhadap daulah utsmaniyah, dan akan kami bawakan perkataan ulama-ulama yang mulia -yang semoga Allah merahmati yang telah wafat dan menjaga yang masih hidup-  dalam perkara ini.

Jawaban Syaikh Abdul Aziz bin Baz رحمه الله atas syubhat di atas:

Selasa, 14 April 2015

Syaikh MUHAMMAD BIN ABDUL WAHHAB AN-NAJDI BUKANLAH KHAWARIJ (bag.1)

Di Tulis Oleh Al Ustadz Abu Utsman Kharisman
www.salafy.or.id


Pendahuluan

Banyak tuduhan yang dialamatkan kepada Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab bahwa beliau adalah khawarij orang yang suka mengkafirkan muslim, memberontak kepada penguasa muslim, dan tuduhan keji lainnya.

Berikut ini adalah sedikit tulisan pembelaan terhadap beliau, sebagai bentuk penyampaian amanah ilmiyah, dan untuk membela saudara muslim dari kedzhaliman. Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah banyak terdzhalimi dengan tuduhan-tuduhan palsu itu. Sebagian saudara kita kaum muslimin ada yang juga menyebar tuduhan-tuduhan itu tanpa ilmu. Mereka sekedar ikut-ikutan saja. Mereka tidak sadar bahwa mereka telah melakukan kedzhaliman. Maka penjelasan yang mengklarifikasi kedustaan tuduhan tersebut, semoga terhitung di sisi Allah sebagai bentuk pertolongan kepada sesama saudara muslim.

Minggu, 16 Maret 2014

Aqidah Dua Mujaddid dalam Islam : Imam Syafi'i dan Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab



Mujaddid adalah seorang yang menjadi sebab kembalinya kaum muslimin kepada al-haq dan meninggikan bendera Islam. Seorang dianggap mujaddid disyaratkan seorang Ahlus Sunnah yang shalih dan berilmu.
Rasulullah n telah mengabarkan akan adanya para mujaddid dalam Islam. Beliau n bersabda:
إِنَّ اللهَ يَبْعَثُ لِهَذِهِ الْأُمَّةِ عَلَى رَأْسِ كُلِّ مِائَةِ سَنَةٍ مَنْ يُجَدِّدُ لَهَا دِينَهَا

“Allah mengutus untuk umat ini di setiap pengujung seratus tahun seorang yang memperbarui agamanya.” (HR. Abu Dawud no. 4291, dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albani)

Sabtu, 01 Februari 2014

[Artikel_KoPas] Kenapa Wahabi Menghancurkan Situs Bersejarah Islam? Para Ulama Syafi’iyyah Menjawab Tuduhan Mereka



Oleh: Abul Harits

Mereka selalu mengeluhkan: “Inilah berita sedih dan memprihatinkan bagi peradaban Islam dan sejarah peradaban umat manusia secara umum. Pemerintah Wahabi Arab Saudi telah menghancurkan ratusan situs /tempat sejarah Islam yang telah berusia 14 abad. Semua ini dilakukan semata-mata demi uang dan modernisasi walaupun dibungkus dengan ‘dalil-dalil agama’ versi mereka, bukan dalil-dalil agama yang difatwakan oleh jumhur ulama umat Islam dunia.”.


Jauh-jauh hari sebelum Wahabi menghancurkan situs-situs bersejarah tersebut, para ulama umat Islam terkhusus ulama-ulama besar Syafi’iyyah telah menjawab keluhan perasaan mereka.

Imam An-Nawawi Asy-Syafi’i rahimahullah ketika menjelaskan sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Muslim no. 1859 berkata:

فى الرواية التى قبل هذه دعا على بئر الحديبية أى دعا فيها بالبركة … )انها خفى عليهم مكانها فى العام المقبل (

“Dalam riwayat sebelumnya disebutkan bahwa Rasulullah pernah mendoakan sumur Hudaibiyyah yaitu mendoakan barakah di dalamnya... (Namun pada tahun berikutnya lokasi sumur tersebut tersamarkan bagi para sahabat)”

قال العلماء سبب خفائها أن لا يفتتن الناس بها لما جرى تحتها من الخير ونزول الرضوان والسكينة وغير ذلك فلو بقيت ظاهرة معلومة لخيف تعظيم الأعراب والجهال إياها وعبادتهم لها فكان خفاؤها رحمة من الله تعالى

“Para ulama menyatakan bahwa sebab (hikmah –pen-) tersamarkannya lokasi sumur tersebut agar tidak menimbulkan fitnah bagi manusia. Dahulu lokasi tersebut adalah tempat turunnya keridhaan, ketenangan, dan kebaikan-kebaikan yang lain. Seandainya lokasi sumur tersebut masih nampak dan diketahui oleh mereka, sungguh dikhawatirkan kaum arab badui dan orang-orang bodoh akan mengagungkan tempat tersebut, lalu mereka akan melakukan peribadatan di sana. Tersembunyinya lokasi tersebut bagi mereka merupakan rahmat dari Allah ta’ala” [Syarh Shahih Muslim, 13/5]

Al-Hafidz Ibnu Hajar Al-Asqalani Asy-Syafi’i rahimahullah berkata:

وفي الحديث مشروعية إزالة ما يفتتن به الناس من بناء وغيره سواء كان إنسانا أو حيوانا أو جمادا

“Dalam hadits ini terdapat faidah tentang disyariatkannya melenyapkan hal-hal yang dapat menimbulkan fitnah bagi manusia, baik berupa bangunan berbentuk manusia, hewan atau benda-benda mati lainnya.” [Fathul Bari, 8/73]

Imam As-Suyuthi menukil perkataan Syihabuddin Abu Syamah Asy-Syafi’i rahimahumallah:

فضاعف الله نكال من تسبب بذلك في بنائه، واجزل ثواب من أعان على هدمه اتباعاً لسنة رسول الله ( في هدم مسجد الضرار المرصد لأعدائه من الكفار. فلم ينظر الشرع إلى كونه مسجداً، وهدمه لما قصد به من السوء والضرار.
وكذلك مسجد خارج باب الجابية، يقال له: مسجد أويس القرني، ولم يذكر أحد أن أويساً مات بدمشق، ومن ذلك قبر باب الصغير، يقال: إنه قبر أم سلمة زوجة النبي (. ولا خلاف أن أم سلمة رضي الله عنها ماتت بالمدينة. ومن ذلك مشهد بقاهرة مصر يقال: إن فيه رأس الحسين رضي الله عنه، وأصله أنه كان له بعسقلان مشهد، يقال باتفاق العلماء - لم يخالف أحد منهم: إن رأس الحسين كان بعسقلان، بل فيه أقوال ليس هذا مكانها.
وكذلك مقابر كثيرة لأسماء رجال معروفين، وقد علم أنها ليست مقابرهم، فهذه المواضع ليست فيها فضيلة أصلاً.

“Semoga Allah melipatgandakan hukuman bagi orang-orang yang berpartisipasi dalam pembangunan situs-situs tersebut dan melipatgandakan pahala bagi orang-orang yang memberikan bantuan dalam menghancurkannya. Hal itu sebagai bentuk ittiba’ kepada sunah Rasulullah ketika beliau menghancurkan masjid Dhirar yang memberikan peluang makar pada musuh-musuh beliau dari kalangan orang-orang kafir. Syariat memang tidak menganggap lokasi tersebut sebagai masjid. Penghancuran masjid tersebut dilakukan dalam rangka menjauhkan umat dari keburukan dan mudharat.

Demikian pula penghancuran masjid yang terdapat di luar pintu Al-Jabiyah, yang lebih dikenal dengan Masjid Uwais Al-Qarni. Tidak ada seorang pun ulama yang menyatakan bahwa Uwais wafat di Dimasyq. Diantara bangunan-bangunan yang juga (disama-ratakan dengan tanah –pen-) adalah sebuah kuburan di pintu Ash-Shaghir. Dinyatakan bahwa itu adalah kuburan Ummu Salamah istri nabi. Tidak ada perselisihan diantara ulama bahwa Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha wafat di Madinah. Begitu pula beberapa situs-situs bersejarah di kota Mesir. Dinyatakan pula bahwa di lokasi tersebut kepala Al-Husain radhiyallahu ‘anhu dikuburkan. Dahulu tragedi pembunuhan Al-Husain terjadi di Asqalan dengan kesepakatan ulama. Tidak ada seorang pun ulama yang menyelisihi bahwa kepala Al-Husain berada di Asqalan, lalu mereka berselisih dimanakah kepala beliau dikuburkan. Terdapat banyak pendapat dalam masalah ini, namun aku tidak bermaksud menjelaskan penjabarannya di sini.

Demikian pula penghancuran kuburan-kuburan yang bertuliskan nama-nama para ulama terkenal. Sudah menjadi rahasia umum bahwa mereka tidaklah dikuburkan di lokasi tersebut. Bahkan lokasi-lokasi tersebut sama sekali tidak memiliki keutamaan.” [Al-Amr bil Ittiba’ wan Nahyu ‘an Al-Ibtida’, 1/9]

Mereka pun masih mengeluh, kenapa di makam Nabi para peziarah dilarang mencium dan mengusap-usap dinding kubur. Mereka beralasan “Masih banyak bukti hadits-hadits Nabi saw tentang bolehnya bertabarruk kepada barang-barang milik Nabi saw, serta milik orang-orang shalih, dengan berbagai macam bentuk dan cara termasuk mencium makam kuburan Nabi saw dan para wali serta orang-orang shalih, selama tidak melanggar syariat Islam”

Imam Al-Ghazali Asy-Syafi’i rahimahullah ketika menjelaskan adab-adab ziarah ke makam nabi berkata:

ثم يأتي قبر النبي صلى الله عليه و سلم فيقف عند وجهه وذلك بأن يستدبر القبلة ويستقبل جدار القبر على نحو من أربعة أذرع من السارية التي في زاوية جدار القبر ويجعل القنديل على رأسه وليس من السنة أن يمس الجدار ولا أن يقبله بل الوقوف من بعد أقرب للاحترام فيقف ويقول السلام عليك يا رسول الله

“Kemudian mendatangi kubur nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, berdiri di sisinya dengan posisi membelakangi kiblat dan menghadap dinding kubur dengan jarak sekitar empat hasta dari sudut tiang makam, lalu ia meletakkan lampu penerangan di atas kepalanya. Mengusap dan mencium dinding kubur bukan termasuk sunah nabi. Bahkan yang seharusnya ia lakukan adalah berdiri mendekat sebagai penghormatan pada beliau. Ia berdiri lalu mengucapkan “Assalamu ‘alaika ya Rasulallah...” [Ihya ‘Ulumuddin, 1/259]

وأما زيارة رسول الله صلى الله عليه و سلم فينبغي أن تقف بين يديه كما وصفنا وتزوره ميتا كما تزوره حيا ولا تقرب من قبره إلا كما كنت تقرب من شخصه الكريم لو كان حيا
 وكما كنت ترى الحرمة في أن لا تمس شخصه ولا تقبله بل تقف من بعد ماثلا بين يديه فكذلك فافعل فإن المس والتقبيل للمشاهد عادة النصارى واليهود

“Adapun tentang ziarah (makam –pen-) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, hendaknya ia berdiri di hadapan makam beliau sebagaimana telah kami jelaskan sebelumnya. Menziarahi beliau setelah wafatnya sama seperti menziarahi beliau semasa hidupnya. Janganlah engkau berdiri terlalu dekat dengan kubur beliau, sebagaimana engkau pun akan melakukan hal yang sama jika beliau masih hidup. Engkau akan melihat kemuliaan dan kewibawaan nabi, hingga engkau merasa tidak pantas untuk menyentuh dan menciumnya. Namun, berdirilah di depan makam sebagaimana engkau berdiri di hadapan beliau ketika masih hidup. Sesungguhnya mengusap dan mencium situs-situs bersejarah termasuk kebiasaan orang-orang Nashrani dan Yahudi.” [Ihya ‘Ulumuddin, 1/271]

Imam An-Nawawi Asy-Syafi’i rahimahullah berkata:

وقال الفقهاء المتبحرون الخراسانيون المستحب في زيارة القبور أن يقف مستدبر القبلة مستقبلا وجه الميت يسلم ولا يمسح
القبر ولا يقبله ولا يمسه فان ذلك عادة النصارى (قال) وما ذكروه صحيح لانه قد صح النهى عن تعظيم القبور ولانه إذا لم يستحب استلام الركنين الشاميين من اركان الكعبة لكونه لم يسن مع استحباب استلام الركنين الآخرين فلان لا يستحب مس القبور أولي والله أعلم


“Para Fuqaha’ dari Khurasan berkata: “Disunahkan ketika ziarah kubur berdiri membelakangi kiblat dan menghadap wajah mayit. Lalu memberi salam tanpa mengusap, mencium dan menyentuh kuburnya. Karena hal tersebut merupakan kebiasaan orang-orang Nashrani.” An-Nawawi berkata: “Perkataan mereka benar, karena telah shahih (hadits-hadits –pen-) tentang larangan mengagungkan kuburan. Alasan yang lain, ketika seorang tidak disunahkan untuk mencium dua rukun Syam [1] yang merupakan bagian dari rukun Ka’bah, bersamaan dengan disunahkannya mencium dua rukun yang lain [2]. Maka tidak disunahkannya mengusap kuburan lebih utama, Allahua’lam.” [Al-Majmu’ Syarh Al-Muhadzab, 5/311]

Imam An-Nawawi rahimahullah juga menukil perkataan sebagian ulama:

اتبع طرق الهدى ولا يضرك قلة السالكين وإياك وطرق الضلالة ولا تغتر بكثرة الهالكين ومن خطر بباله أن المسح باليد ونحوه أبلغ في البركة فهو من جهالته وغفلته لان البركة إنما هي فيما وافق الشرع وكيف ينبغي الفضل في مخالفة الصواب

“Ikutilah jalan-jalan hidayah, meskipun orang-orang yang berada di atas hidayah sangat sedikit. Hal itu tidak akan memberikan mudharat padamu. Waspadalah dari jalan-jalan kesesatan. Janganlah tertipu dengan banyaknya orang yang binasa. Diantara kesesatan yang berbahaya adalah keyakinan mereka bahwa mengusap (kuburan atau tempat-tempat yang dikeramatkan –pen-) dengan tangan dan semisalnya dapat mendatangkan keberkahan yang lebih banyak. Keyakinan ini disebabkan oleh kebodohan dan kelalaian mereka. Sesungguhnya keberkahan hanyalah diperoleh dalam hal-hal yang sesuai dengan syariat. Bagaimana mungkin mereka mencari keutamaan (berkah –pen-) dalam perkara-perkara yang menyelisihi kebenaran!!” [Al-Majmu’ Syarh Al-Muhadzab, 8/275]

هذا هو الصواب الذي قاله العلماء وأطبقوا عليه ولا يغتر بمخالفة كثيرين من العوام وفعلهم ذلك.
فان الاقتداء والعمل انما يكون بالاحاديث الصحيحة وأقوال العلماء ولا يلتفت إلى محدثات العوام وغيرهم وجهالاتهم

“Inilah (aqidah –pen-) yang benar, aqidah yang diyakini oleh para ulama dan apa yang  diterapkan langsung oleh mereka. Janganlah tertipu dengan banyaknya orang-orang awam yang melakukan penyelisihan. Sesungguhnya ittiba’ dan amal hanyalah diambil dari hadits-hadits yang shahih dan perkataan para ulama. Janganlah menoleh pada bid’ah-bid’ah yang dilakukan orang-orang awam dan orang-orang bodoh di kalangan mereka.” [Al-Majmu’, 8/275]

Al-Munawi Asy-Syafi’i rahimahullah berkata:

) لا تصلوا إلى قبر ولا تصلوا على قبر( فإن ذلك مكروه فإن قصد إنسان التبرك بالصلاة في تلك البقعة فقد ابتدع في الدين ما لم يأذن به الله والمراد كراهة التنزيه قال النووي : كذا قال أصحابنا ولو قيل بتحريمه لظاهر الحديث لم يبعد ويؤخذ من الحديث النهي عن الصلاة في المقبرة فهي مكروهة كراهة تحريم

“Perkataan nabi “Janganlah kalian shalat menghadap kuburan dan jangan pula shalat di atasnya”menunjukkan bahwa amalan ini tidak disukai. Jika seorang menyengaja untuk bertabarruk dengan melakukan shalat di kuburan, sungguh ia telah berbuat bid’ah dalam agama yang tidak diridhai Allah. Menurutku, perbuatan tersebut makruh (dibenci –pen-). An-Nawawi berkata: “Demikianlah pendapat sebagian sahabat kami. Seandainya perbutan tersebut dihukumi haram sebagaimana dzahir hadits, maka hal ini pun dapat dibenarkan. Keharaman perbuatan tersebut diambil dari hadits larangan shalat di kuburan.” [Faidhul Qadir, 6/528]

Alhamdulillah, ternyata Wahabi mengikuti nasehat para ulama besar Syafi'iyyah dalam beragama dan beramal. Akankah mereka terus-menerus memberikan tuduhan dusta...

Ditulis oleh Abul-Harits di Madinah, 20 Rabi’uts Tsani 1434 H

***
[1] Dua sudut Ka’bah yang terletak di antara Hajar Aswad dan Rukun Yamani
[2] Dua rukun yang lain yaitu Hajar Aswad dan Rukun Yamani

Senin, 04 November 2013

Ebook 'Meluruskan Wawancara Habib Ali Hasan Bahar Seputar Isu Wahabi'

Maktabah Attamimi telah mengeluarkan beberapa artikel tentang Meluruskan Wawancara Habib Ali Hasan Bahar Seputar Isu Wahabi dalam beberapa topik bahasan. Saat ini, maktabah attamimi ingin memeberikan sebuah ebook lengkap tentang wawancara tersebut. Silahkan download Ebook 'Meluruskan Wawancara Habib Ali Hasan Bahar Seputar Isu Wahabi'.pdf disini.

Sabtu, 07 September 2013

Pendirian Para Ulama’ al-Salafiyyah rahimahumullah Terhadap Penentangan yang Dilakukan Terhadap al-Syeikh al-Imam Muhammad bin ‘Abd. al-Wahhab rahimahullah Serta Dakwah al-Salafiyyahnya (1)


Penulis : ‘Abdul ‘Aziz bin Muhammad bin ‘Ali al-‘Abdul Lathif.

Dalam usaha melawan segala bentuk penentangan, kedustaan dan kekeliruan terhadap seruan dakwah as-Salafiyyah yang diperjuangkan oleh Syaikh al-Imam, maka para ulama’ as-salafiyah rahimahumullah di berbagai negara dan tempat bersama-sama berjihad di jalan Allah dengan menyebarkan ilmu (ta’lim) dan mengeluarkan fatwa kepada umat islam. Diantara mereka yang terlibat menjalankan usaha tersebut adalah:

Syaikh al-Imam Muhammad bin Abdul Wahhab Rahimahullah (m.1206 H). Beliau merupakan ulama’ yang pertama-tama menulis untuk menjawab penentangan terhadap diri beliau serta seruan dakwahnya. Ini terbukti, dimana Syaikh al-Imam telah menulis sebuah risalah yang berisi jawaban serta penjelasan yang sangat jelas dan kokoh untuk menjawab risalah dari saudaranya, Sulayman bin Abdul Wahhab [245]. Selain itu, di dalam kumpulan karya beliau yang berjudul ar-rasaa-il asy-Syaikhsiyyah berisi berbagai jawaban Syaikh al-Imam terhadap dakwaan para penentang yang disebutkan dalam karya tulis mereka.

Minggu, 01 September 2013

[Jejak dan Pengaruh Dakwah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab] [2]

Penulis : ‘Abdul ‘Aziz bin Muhammad bin ‘Ali al-‘Abdul Lathif.
Di sini kami menyatakan sebagian tokoh yang terpengaruh dengan dakwah Syaikh al Imam Muhammad bin Abdul Wahhab. Sayang sekali sepanjang pengetahuan penulis nama mereka tersebar di dalam risalah ataupun kitab yang membahas hal itu. 
‘Abbas al-Azawi, seorang yang berasal dari Iraq menyatakan pengaruh dakwah Syaikh al-Imam di negerinya sebagai berikut:

(Al-Ustadz Abdul Aziz Bek bin Abdullah Bek al-Shawi [41] telah mengunjungi negeri Najd dalam perjalanannya menunaikan kewajiban Haji. Disana beliau mengadakan perundingan dengan keluarga al-Sa’ud. Hasil dari perundingan tersebut adalah beliau tertarik dengan pegangan mereka lalu membawanya ke Negara Iraq dimana akhirnya beliau menjadi pendakwah kepada dakwah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab. Ustadz Abdul Aziz membuat keputusan tersebut setelah melakukan penyelidikan teliti selama beberapa tahun. Diantara hal yang menyebabkan beliau mengambil keputusan tersebut adalah saat beliau melihat kemungkaran yang dilakukan kaumnya serta dibandingkan dengan keshahihan pegangan assalafiyah sehingga nyata akan kebenarannya.) [42]

[Jejak dan Pengaruh Dakwah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab] [1]



[Jejak dan Pengaruh  Dakwah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab]

Penulis : ‘Abdul ‘Aziz bin Muhammad bin ‘Ali al-‘Abdul Lathif.
Dan adapun isyarat-iyarat kepada jejak dakwah ini, dapat dilihat bahwa dakwah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah merupakan dakwah tajdid 'pembaharuan' bagi segala apa yang luput dari pegangan salafush shalih. Dakwah Syaikh al-Imam ini dapat diterima serta memberi kesan kepada banyak ulama', gerakan-gerakan ishlah serta kalangan awam dari kaum Muslimin. Ini disebabkan ia memiliki ciri-ciri yang istimewa serta khusus yang wajib dipegang dan diyakani karena kejelasan, suci, meyakinkan, tetap dan mempunyai pengaruh positif secara praktis. Ia juga membawa kesan yang baik serta dapat dirasakan dalam kenyataan hidup didunia dan kenikmatan yang kekal abadi di kehidupan akhirat.

Jumat, 30 Agustus 2013

[Kesimpulan: Dakwah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab]



Penulis : ‘Abdul ‘Aziz bin Muhammad bin ‘Ali al-‘Abdul Lathif.

Secara ringkasnya apa yang menjadi pegangan pengemban dakwah as-salafiyah adalah sebagaimana dinyatakan salah seorang dari mereka:

(Bahwa semua yang tsabit (pasti) dalam syari'at islam dari apa yang datang dari Allah dan rasul-Nya, maka itulah madzhab kami dan i'tikad (keyakinan) kami serta agama kami. Dan setiap yang telah dinafikkan syariat islam maka kami menafikkannya juga. Dan setiap apa yang diriwayatkan Syaikh al-Imam adalah periwayatan kami. Namun setiap apa yang kami nyatakan hendaklah kamu merujuk terlebih dahulu kepada kitab Allah dan sunnah Rasul-Nya. Jika kamu dapati kebenaran maka ajarkanlah karena ia adalah periwayatan serta madzhab kami. Dan jika ia menyelisishi Kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya maka ketahulilah bahwa kami juga menolak perkara tersebut.) [39]

Kamis, 29 Agustus 2013

Penjelasan Syaikh Muhammad bin Abdul Lathif bin Abddurrahman bi Hasan [37]


Penjelasan Syaikh Muhammad bin Abdul Lathif bin Abddurrahman bi Hasan [37]

Penulis : ‘Abdul ‘Aziz bin Muhammad bin ‘Ali al-‘Abdul Lathif.

Dalam risalahnya kepada penduduk Hijaz, 'Asir serta Yaman berkenaan dengan pegangan mereka serta apa yang mereka serukan, Beliau berkata:

(Ketahuilah oleh kalian, bahwa yang menjadi pegangan kita merupakan perkara yang dikehendaki Allah atas kita. Kita menyeru manusia serta berjuang karenanya. Ia adalah agama Islam yang diwajibkan oleh Allah terhadap hamba-Nya. Allah menciptakan semua makhluk supaya menyembah-Nya serta tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun di dalam peribadahan terhadap-Nya. Baik itu kepada malaikat yang didekatkan ataupun Nabi yang diutus....Dan kami memerintahkan supaya menghancurkan bangunan serta kubah di atas kuburan serta tidak meninggikannya melebihi sejengkal dari permukaan tanah. Kami memerintahkan agar didirikan sholat secara berjamaah di Masjid dan mendisiplinkan (menghukum) siapa saja yang meninggalkan ataupun malas mengerjakannya. Kami beriltizam dalam menjalankan urusan syari'at seperti mengeluarkan zakat, berpuasa, mengerjakan haji, mememerintahkan yang ma'ruf dan mencegah kemungkaran seperti riba, zina, minum-minuman keras (arak), tembakau (rokok), pemakaian sutra di kalangan lelaki, durhaka kepada kedua orang tua dan memutuskan hubungan silaturahim.

Penjelasan Syaikh Abdul lathif bin Abdurrahman bin Hasan Rahimahullah



Penjelasan Syaikh Abdul lathif bin Abdurrahman bin Hasan Rahimahullah

Penulis : ‘Abdul ‘Aziz bin Muhammad bin ‘Ali al-‘Abdul Lathif.

Dan kami akan menyebutkan sebagian keterangan dari Syaikh Abdul Lathif bin Abdurrahman bin Hasan rahimahullah dalam menjelaskan dakwah kakek buyutnya, Syaikh al-Imam, Diantara perkataan beliau:

(Bahwasannya Syaikhul Islam Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah menyeru manusia agar mereka beribadah hanya kepada Allah tidak ada sekutu bagi-Nya, serta tidak mempersekutukan sesuatu dengan-Nya. Dan seorang muslim tidak ada keraguan pada perkara ini bahwa agama Allah yang dengannya Allah mengutus rasul-rasul-Nya dan menurunkan kitab-kitab-Nya)[35]

Rabu, 28 Agustus 2013

Surat Syaikh Imam Muhammad bin Abdul Wahhab kepada Abdurrahman bin Abdullah al-Suwaydi, seorang ulama' terkemuka negara Iraq


Surat Syaikh Imam Muhammad bin Abdul Wahhab kepada Abdurrahman bin Abdullah al-Suwaydi, seorang ulama' terkemuka negara Iraq

Penulis : ‘Abdul ‘Aziz bin Muhammad bin ‘Ali al-‘Abdul Lathif.

Dalam Surat Syaikh Imam Muhammad bin Abdul Wahhab kepada Abdurrahman bin Abdullah al-Suwaydi, seorang ulama' terkemuka negara Iraq yang menanyakan kepada beliau tentang hakikat dakwahnya, maka Asy-Syaikh al-Imam Muhammad bin Abdul Wahhab menjawab:

"Dengan memuji Allah, aku menyatakan kepadamu bahwa aku adalah seorang muttabi' (pengikut sunnah Rasulullah) bukan mubtadi' (pembuat bid'ah). Akidah serta agamaku, yang aku menyembah Allah dengannya adalah madzhab ahlus sunnah wal jama'ah yang dianut oleh para imam kaum muslimin yang termasuk di dalamnya imam empat madzhab. Dan juga yang mengikuti mereka hingga hari kiamat. Aku menyeru manusia agar mengikhlaskan agama mereka hanya kepada Allah serta melarang mereka dari meminta pertolongan kepada orang yang sudah mati baik dari orang shalih ataupun bukan.

Maktabah At-Tamimi: [Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab menyerukan kepada al-Kitab dan as-Sunnah]



[Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab menyerukan kepada al-Kitab dan as-Sunnah]

Penulis : ‘Abdul ‘Aziz bin Muhammad bin ‘Ali al-‘Abdul Lathif.

Syaikh Imam Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah berkata:

"Segala puji bagi Allah, aku tidak menyeru kepada madzhab sufi, madzhab fiqih, golongan ilmu kalam (filsafat) ataupun kepada imam yang mulia seperti Ibnul Qayyim, Adz Dzahabi, Ibnu Katsir dan selain mereka. Namun, aku menyeru kepada Allah saja yang tiada sekutu bagi-Nya dan kepada Sunnah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam yang diwasiatkan kepada generasi awal umat ini dan setelahnya. Aku tidak akan menolak kebenaran jika ia datang kepadaku, bahkan aku bersaksi dengan Allah, malaikat serta sekalian makhluk-Nya, sekiranya datang kepadaku satu perkataan yang benar, maka aku akan menerima dengan sepenuhnya. Aku akan melemparkan apa yang tidak benar yang datang dari umat ini kecuali apa yang dibawa oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam yang beliau tidaklah mengatakan sesuatu melainkan kebenaran semata-mata." [1]

[1] Muallifat al-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab, Jilid ke-5, Kitab ar-Rasa'il as-Syakhsiyyah, hlm. 252.


Diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dari "Membersihkan Salah Faham Terhadap Dakwah Syaikh Muhammad bin Abdul  Wahhab Buku 1" [Bahasa Malaysia) hal.7.

Senin, 29 Juli 2013

Benarkah Kitab Ahkam Tamanniil Maut ditulis oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab Rahimahullah?




Kitab Ahkam Tamanniil Maut ditulis oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab Rahimahullah?


Kitab Ahkam Tamanniil Maut ini tidak diketahui pengarangnya. Sedangkan penisbatannya kepada Al-Imam Muhammad bin Abdul Wahhab adalah suatu kesalahan yang terjadi dari sebagian orang yang dinisbatkan pula ke Universitas Al-Imam Muhammad bin Su’ud Al-Islamiyah, ketika universitas melakukan pengumpulan karangan-karangan Asy-Syaikh Muhammad bin ‘Abdul Wahhab. Penyebab kesalahan yang terjadi yaitu mereka menemukan tulisan pada manuskripnya bahwa kitab ini ditulis dengan khot seorang yang bernama Muhammad bin ‘Abdul Wahhab. Sehingga mereka mengira bahwa kitab ini adalah karya asy-Syaikh  Muhammad bin Abdul Wahhab.

Senin, 01 April 2013

Salafi, Antara Tuduhan dan Kenyataan: Menjawab Tuduhan Idahram: Siapakah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab & Pujian Ulama Terhadap Beliau

Biografi Singkat Asy-Syaikh Al-Mujaddid Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah
Pembaca yang budiman, agar semakin jelas siapa sebenarnya ulama yang dijadikan bulan-bulanan oleh suadara Idahram dalam buku hitamnya tersebut, maka berikut ini akan kami paparkan secara ringkas biografi Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah.
Beliau adalah Muhammad bin Abdul Wahhab bin Sulaiman bin Ali bin Muhammad bin Ahmad bin Rasyid bin Buraid bin Muhammad bin Buraid bin Musyarrof bin Umar bin Mu’dhad bin Rais bin Zakhir bin Muhammad bin Alwi bin Wuhaib bin Qosim bin Musa bin Mas’ud bin Uqbah bin Sani’ bin Nahsyal bin Syaddad bin Zuhair bin Syihab bin Rabi’ah bin Abu Suud bin Malik bin Hanzhalah bin Malik bin Zaid Manah Ibni Tamim bin Mur bin Ad bin Thabikhah bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Ma’ad bin Adnan.

Kamis, 10 Januari 2013

The Life and Aqeedah of Muhammad bin Abdul-Wahhab


The Life and Aqeedah of Muhammad bin Abdul-Wahhab

Introduction by his Highness Sh. Salih Abdul Aziz Aal asy-Syaikh [The Minister of Religious Affairs, Endowment, Da'wah ; Guidance]
Compiled by: Mahmoud bin Ridha Murad
Link Download: 

Pembelaan

Download Audio dan Video Menyingkap Hakikat Wahabi oleh Ustad Dzulqarnain Muhammad Sunusi

Kajian Ilmiah MENYINGKAP HAKIKAT WAHABI PEMATERI: Ustadz Dzulqarnain Muhammad Sunusi [Pengasuh Pesantren As-Sunnah Makassar] WAKTU:...