Rabu, 06 Februari 2019

Imam Muhammad bin Abdul Wahhab: Dakwah dan Biografinya

Imam Muhammad bin Abdul Wahhab: Dakwah dan Biografinya
Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz

Segala puji hanya milik Allah Tuhan semesta alam. Selawat, salam dan keberkahan semoga selalu tercurah kepada hamba-Nya, Rasul-Nya dan ciptaan-Nya yang terbaik, imam kita, Nabi Muhammad bin Abdullah, juga kepada keluarga, para sahabat dan orang yang mengikuti petunjuk beliau.

Amma ba`du. Saudara-saudara yang terhormat, anak-anak yang mulia. Ini adalah kuliah singkat yang saya presentasikan di hadapan Anda semua sebagai penerang pikiran, penjelas yang hak, nasihat karena ketulusan kepada Allah dan kepada hamba-Nya, dan menunaikan sebagian kewajiban terhadap tema yang akan saya sampaikan. Judul kuliah ini adalah Syaikh Imam Muhammad bin Abdul Wahhab: Dakwah dan Biografinya.

Membicarakan para reformis, para dai dan pembaharu, serta mengisahkan keadaan mereka, akhlak mereka yang mulia, kerja mereka yang agung, juga menjelaskan riwayat hidup mereka yang menunjukkan keikhlasan dan kejujuran mereka dalam dakwah dan melakukan perubahan, dan ketika membicarakan budi pekerti, perbuatan dan riwayat hidup mereka adalah perkara yang dirindukan jiwa dan disukai oleh hati, serta ingin didengar oleh setiap orang yang peduli dengan agamanya, orang yang ingin melakukan perbaikan dan berdakwah di jalan kebenaran. Maka pada kesempatan ini saya akan berbicara tentang seorang tokoh yang agung, reformis besar dan dai yang penuh semangat. Dialah pembaharu Islam di
 Jazirah Arab pada abad ke-12 H. Dialah Imam Muhammad bin Abdul Wahhab bin Sulaiman bin Ali al-Tamimi al-HanbaliUmat telah mengenalnya, terlebih para ulama, pemimpin, para pembesar dan para tokoh di Jazirah Arab dan di luarnya. Orang-orang telah banyak menulis tentang beliau, baik yang singkat maupun yang panjang. 

Banyak orang telah menulis khusus tentang beliau, bahkan para orientalis juga telah banyak membuat tulisan tentang beliau. Ada sebagian orang yang menulis tentang beliau ketika menulis tentang para pembaharu dan saat menulis sejarah. Para penulis yang obyektif menyebut beliau sebagai reformis besar, pembaharu Islam dan beliau berada di atas kebenaran serta mendapatkan cahaya dari Allah. Jika kita menyebutkan tulisan-tulisan tersebut satu persatu, maka kita akan sangat kelelahan. 

Di antara tokoh yang menulis tentang Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab adalah penulis besar Abu Bakar al-Syaikh Husain bin Ghannam al-Ahsa'i. Tulisannya tentang Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab sangat baik dan bermanfaat. Dia mengupas tentang perjalanan hidupnya dan peperangannya. Dia memaparkannya dengan panjang lebar serta menukilkan surat-surat dan menentukan hukum yang dia simpulkan dari Kitab Allah `Azza wa Jalla. 

Penulis lain yang menulis tentang Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab adalah Syaikh Utsman bin Bisyr dalam kitabnya `Unwaan al-Majd. Dia menguraikan tentang Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab, dakwahnya, biografinya, sejarah kehidupannya, peperangannya dan jihadnya. 

Di antara penulis dari luar jazirah Arab adalah Ahmad Amin dalam kitabnya Zu`amaa' al-Ishlaah, yang telah menuliskan tentang Syaikh Muhammad dengan objektif. 

Di antara penulis lainnya adalah Syaikh Mas`ud al-Nadawi yang menulis tentang Syaikh Muhammad dan menjulukinya sebagai reformis yang terzalimi. Dia memaparkan biografi Syaikh Muhammad dengan baik. Banyak lagi yang menulis tentang Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab. 

Di antaranya adalah Syaikh Besar al-Amir Muhammad bin Ismail al-Shan'ani yang hidup pada zaman Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab dan juga mengikuti dakwahnya. Dia sangat bahagia ketika dakwah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab sampai kepadanya dan dia pun mengikutinya serta memuji Allah karenanya. 

Seorang ulama besar lainnya yang menulis tentang Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab adalah Syaikh Muhammad bin Ali al-Syaukanipenulis kitab Nail al-Authar. Dia menulis puisi kesedihan atas wafatnya. Masih banyak lagi penulis lain yang menulis tentang Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab. Meskipun demikian, masih banyak orang yang tidak tahu tentang tokoh penting ini, serta perjalanan hidup dan dakwahnya, maka saya melihat perlunya ikut serta menjelaskan tentang siapa dia, bagaimana perjalanan hidupnya yang indah, dakwahnya yang membawa perubahan dan jihadnya yang tulus. Saya juga akan menerangkan sedikit yang saya ketahui tentang Imam Muhammad bin Abdul Wahhab, sehingga menjadi jelas bagi siapapun yang masih memiliki kerancuan tentangnya, atau sedikit keraguan tentangnya, dakwahnya dan apa yang beliau bawa.

Imam Muhammad bin Abdul Wahhab dilahirkan pada tahun 1115 H. Inilah tahun kelahirannya -- semoga Allah melimpahkan rahmat kepadanya - yang lebih dikenal. Pendapat lain mengatakan beliau dilahirkan pada tahun 1111 H. Namun pendapat pertama yang lebih dikenal, yaitu dia dilahirkan pada tahun 1115 H. 

Beliau belajar kepada ayahnya di desa al-`Uyaynah yang merupakan tempat kelahirannya. Desa ini adalah sebuah desa yang sudah tidak asing lagi dan terletak di Yamamah diNajed, Barat Laut kota Riyadh. Jarak antara desa ini dengan kota Riyadh adalah tujuh puluh kilo meter. Di sanalah beliau rahimahullah dilahirkan dan tumbuh dengan baik. Beliau membaca al-Quran sejak kecil, bersungguh-sungguh dalam belajar serta dididik oleh ayahnya, Syaikh Abdul Wahhab bin Sulaimanseorang ahli fiqih besar, ulama besar dan seorang hakim di kota al-`Uyaynah. Setelah balig dan dewasa, dia menunaikan haji menuju Baitullah dan belajar dari beberapa ulama Masjid Haram. 

Kemudian beliau menuju Madinah, semoga Allah melimpahkan salawat dan salam kepada penghuninya, dan di sana beliau bertemu dengan para ulama Madinah. Beliau tinggal di sana beberapa waktu dan belajar dari dua ulama besar yang terkenal pada Madinah di zamannya, yaitu Syaikh Abdullah bin Ibrahim bin Saif al-Najdi yang berasal dari al-Majma`ah. Beliau adalah ayah Syaikh Ibrahim bin Abdillahpenulis kitab Shahib al-`Azb fi `Ilmi al-FaraidhSyaikh Muhammad bin Abdul Wahhab juga belajar dari ulama besar Muhammad Hayah al-Sindi di Madinah. Kedua ulama inilah yang dikenal sebagai guru Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab di Madinah. Dan bisa jadi beliau juga belajar kepada selain keduanya yang tidak kami ketahui.


Kemudian Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab merantau menuntut ilmu ke Irak. Beliau menuju Basrah dan berjumpa dengan para ulamanya, serta belajar berbagai ilmu kepada mereka. Di sana beliau juga mendakwahkan tauhid, mengajak orang-orang kepada as-Sunnah, dan menunjukkan kepada orang-orang bahwa merupakan kewajiban seluruh kaum Muslimin mengambil agama mereka dari al-Quran dan Sunnah Rasulullah Shallallahu `Alaihi wa Sallam. Beliau pun berdiskusi, berdialog dan berdebat dengan para ulama di sana tentang masalah ini. Di antara gurunya ada yang terkenal di sana, yaitu Syaikh Muhammad al-Majmu`i. 

Beberapa ulama buruk di Basrah marah kepadanya, dan beliau beserta gurunya tersebut mendapatkan gangguan sehingga beliau pergi meninggalkan Basrah. Ketika itu beliau berniat untuk pergi menuju Syam namun beliau tidak mampu melakukannya karena tidak memiliki biaya yang cukup. Lalu beliau meninggalkan Basrah menuju al-Zubair, dan dari al-Zubair menuju ke al-Ahsa'. Di sana beliau berkumpul dengan para ulamanya dan berdialog dengan mereka tentang pokok-pokok agama (Ushuluddin). 

Kemudian dia pergi ke kota Huraimala' dan itu pada dekade kelima pada abad dua belas, wallahu a`lam, karena ayahnya yang berprofesi sebagai seorang hakim di al-`Uyaynah terlibat perselisihan antara dirinya dan penguasa setempat, maka beliau pindah ke Huraimala' pada tahun 1139 H. Lalu Syaikh Muhammad mendatangi ayahnya di Huraimala' yang telah pindah ke sana pada tahun 1139 H. Maka kedatangannya ke Huraimala' adalah pada tahun 1140 H atau setelahnya. Beliau menetap di sana dan menyibukkan diri dengan belajar, mengajar dan berdakwah di Huraimala' hingga ayahnya meninggal dunia pada tahun 1153 H. Lalu sebagianpenduduk Huraimala' mengganggunya dan sebagian orang jahat di sana bahkan berusaha untuk membunuhnya. 

Dikisahkan bahwa ada sebagian dari mereka yang berusaha masuk ke dalam rumahnya dengan memanjat pagar, namun tindakan mereka tersebut diketahui orang-orang sehingga mereka melarikan diri. Setelah itu Syaikh pergi ke al-`Uyaynah, semoga Allah merahmati Syaikh. Yang menjadi penyebab kemarahan orang-orang jahat tersebut terhadap Syaikh Muhammad adalah karena beliau menunaikan amar makruf dan nahi mungkar, serta mendorong para pemimpin untuk menghukum orang-orang jahat yang menzalimi masyarakat dengan merampok dan merampas harta mereka serta menyakiti mereka. Mereka adalah orang-orang jahat yang disebut sebagai para budak di sana. Ketika mereka mengetahui bahwa Syaikh tidak berpihak kepada mereka, tidak suka dengan perbuatan mereka, dan mendorong para pemimpin untuk menghukum mereka serta menghentikan kejahatan mereka, maka mereka marah dan berniat untuk membunuhnya, namun Allah menjaga dan melindunginya. Kemudian beliau pindah ke negeri al-`Uyaynah yang ketika itu dipimpin oleh Utsman bin Nashir bin Mu`ammar. Beliau singgah di sana dan disambut baik oleh sang gubernur. Sang gubernur berkata kepadanya, "Berdakwahlah kepada Allah dan kami akan bersamamu serta membelamu." Gubernur menyambutnya dengan kebaikan, kecintaan dan persetujuan atas apa yang ingin dilakukan Syaikh. Lalu Syaikh Muhammad menyibukkan diri dengan mengajar, menyampaikan bimbingan agama, berdakwah serta mengarahkan orang-orang kepada kebaikan dan kecintaan kepada Allah, baik para lelaki maupun para perempuannya. Aktifitas Syaikh semakin terkenal di al-`Uyaynah dan nama baiknya juga semakin melambung. Orang-orang dari desa-desa terdekat pun berdatangan kepadanya. 

Pada suatu hari Syaikh berkata kepada Gubernur Utsman, "Biarkan kami menghancurkan kubah Zaid bin al-Khaththab radhiyallahu `anhu, karena ia dibangun bukan berdasarkan kebenaran, dan Allah Jalla wa `Ala tidak menyukai perbuatan tersebut. Rasulullah Shallallahu `Alaihi wa Sallam telah melarang membuat bangunan di atas kuburan dan mendirikan masjid di atasnya. Kubah tersebut telah membuat orang-orang tergoda. Ia mengakibatkan akidah mereka rusak dan terjadi kesyirikan, sehingga wajib dihancurkan." Sang gubernur berkata, "Silahkan lakukan hal itu." Lalu Syaikh berkata, "Saya khawatir penduduk al-Jubailah akan marah." 

Al-Jubailah adalah sebuah desa yang terletak di dekat kuburan. Kemudian Gubernur Utsman datang bersama pasukan yang jumlahnya mencapai 600 tentara untuk menghancurkan kubah tersebut dan Syaikh rahimahullah bersama mereka. Ketika mereka mendekati kubah tersebut, penduduk al-Jubailah yang mendengar hal itu segera keluar dari rumah mereka untuk membela dan melindunginya. Ketika mereka melihat Gubernur Utsman dan pasukan yang datang bersamanya, maka mereka menahan diri dan mengurungkan niat mereka untuk menjaganya. Kemudian Syaikh menghancurkan dan menghilangkan kubah tersebut, sehingga Allah `Azza wa Jalla menghilangkan kubah tersebut melalui tangannya rahmatullah `alaihi. Dan akan saya paparkan secara ringkas tentang kondisi Najed sebelum dakwah Syaikh rahmatullah `alaihi, dan akan saya paparkan tentang sebab-sebab dakwah Syaikh.

Penduduk Najed sebelum dakwah Syaikh dalam kondisi yang tidak diridai seorang Mukmin. Ketika itu kesyirikan terbesar merebak hingga kubah, pohon dan bebatuan disembah. Orang-orang menyembah selain Allah. Orang yang mengaku sebagai wali disembah, padahal dia adalah orang yang dungu. Banyak orang yang mengaku sebagai wali disembah, padahal mereka adalah orang gila yang tidak berakal sama sekali. Dan di Najed sangat terkenal para tukang sihir dan para dukun. Orang-orang bertanya kepada mereka dan membenarkan mereka, tanpa ada yang mengingkari sama sekali, kecuali orang yang dikasihi oleh Allah. Para umumnya orang-orang memburu dunia dan kenikmatannya, hanya sedikit yang menunaikan hak-hak Allah dan membela agama-Nya. Demikian juga yang terjadi di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi. Dan di Yaman ketika itu juga merebak kesyirikan, membangun kubah di atas kuburan, dan berdoa serta meminta bantuan kepada para wali yang telah meninggal dunia. Di Yaman banyak terjadi kesyirikan semacam ini. Dan di negeri-negeri di Najed juga banyak terjadi hal sama yang jumlahnya tidak terhitung, seperti kuburan, gua, pohon dan orang gila yang dijadikan tempat untuk berdoa dan meminta bantuan. Demikian juga yang terjadi di Najed. Sudah menjadi hal yang umum di tengah masyarakat berdoa dan meminta bantuan kepada jin, serta menyembelih sembelihan untuk mereka, lalu meletakkannya di pojok-pojok rumah dengan harapan akan mendapat bantuan dari jin dan karena takut dari kejahatan mereka. 

Ketika Syaikh Imam Muhammad bin Abdul Wahhab menyaksikan kesyirikan tersebut telah menyebar di tengah masyarakat, tanpa ada yang mengingkarinya dan tidak ada yang berdakwah untuk menghilangkan kesyirikan tersebut, maka beliau bangkit dengan penuh semangat, bersabar dalam berdakwah, menyadari bahwa beliau harus berjihad, bersabar dan bertahan menghadapi berbagai tantangan. 

Beliau pun bersungguh-sungguh dalam mengajar, menyampaikan pengarahan dan bimbingan agama di al-`Uyaynah. Beliau juga mengirimkan surat kepada para ulama tentang kondisi tersebut, dan saling mengingatkan dengan mereka dengan harapan mereka akan bersama-sama dengannya membela agama Allah, serta bersungguh-sungguh menumpas kesyirikan dan khurafat tersebut. Lalu dakwahnya mendapat sambutan baik dari banyak ulama Najed, ulama Masjidil Haram dan Masjid Nabawi, ulama Yaman serta ulama-ulama kawasan yang lain. Dan mereka juga membalas suratnya dengan penuh persetujuan. Namun sebagian ulama lainnya menentangnya, mencela apa yang dia serukan, dan tidak suka dengan ajakannya. Golongan yang terakhir ini terbagi menjadi dua kelompok, satu kelompok adalah orang-orang bodoh yang tidak memahami agama Allah, tidak memahami tauhid, dan hanya mengetahui kebodohan, kesesatan, kesyirikan, bid`ah dan khurafat yang mereka warisi dari nenek moyang mereka. Orang-orang seperti mereka adalah seperti yang difirmankan oleh Allah `Azza wa Jalla, Sesungguhnya kami mendapati bapak-bapak kami menganut suatu agama dan sesungguhnya kami adalah pengikut jejak-jejak mereka.


Kelompok lainnya adalah orang-orang yang dianggap berilmu menolak dakwah Syaikh Muhammad karena sikap keras kepada beliau dan rasa iri terhadapnya agar orang-orang awam tidak berkata kepada mereka, "Mengapa dari dahulu kalian tidak pernah mengingkari hal ini dari kami? Mengapa putera Abdul Wahhab datang dan membawa kebenaran, sedangkan kalian adalah para ulama namun kalian tidak menolak kebatilan ini?". Mereka pun merasa iri terhadapnya dan malu kepada orang-orang awam, serta menampakkan sikap penolakan terhadap kebenaran karena mendahulukan dunia daripada akhirat, dan mengikuti kaum Yahudi karena memilih kepentingan dunia daripada akhirat. Semoga Allah memberi kita kesehatan dan keselamatan.


Syaikh Muhammad bersabar dan bersungguh-sungguh dalam berdakwah. Banyak ulama dan tokoh yang mendukungnya, baik di dalam jazirah maupun di luarnya. Beliau pun bertekad untuk terus berdakwah dan meminta pertolongan kepada Allah `Azza wa Jalla. Sebelum melakukan dakwahnya tersebut, dia mengkaji al-Quran. Beliau mempunyai keilmuan yang mumpuni dalam menafsirkan al-Quran dan menyimpulkan hukum darinya. Beliau mendalami sejarah hidup Rasulullah Shallallahu `Alaihi wa Sallam dan sejarah hidup para sahabat. Beliau bersungguh-sungguh dalam mengkajinya dan memahaminya dengan baik, hingga beliau dapat menggali darinya hal-hal yang membantunya dan menguatkannya di atas kebenaran. Maka beliau pun menyingsingkan lengan baju dan bersungguh-sungguh untuk berdakwah dan menyebarkannya kepada orang-orang, serta mengirimkan surat kepada para pemimpin dan para ulama tentang dakwahnya tersebut, tanpa peduli dengan apa yang terjadi. Maka Allah merealisasikan harapan-harapannya yang mulia, menyebarkan dakwah melalui tangannya, menguatkan kebenaran dengannya, dan menyiapkan para pembela, pembantu dan penolong baginya, hingga agama Allah tegak dan kalimat-Nya jaya. 

Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab terus berdakwah di al-`Uyaynah dengan mengajar dan melakukan bimbingan agama kepada masyarakat. Kemudian menyingsingkan lengan baju untuk melakukan dakwah secara praktis dan benar-benar menghilangkan dampak-dampak kesyirikan. Ketika beliau melihat dakwahnya tidak begitu berpengaruh, maka beliau pun berdakwah secara langsung di lapangan untuk menghilangkan berbagai bentuk kesyirikan yang beliau mampu lakukan. Syaikh berkata Gubernur Utsman bin Mu`ammar, "Kubah yang ada di atas kuburan Zaid harus dihancurkan." Zaid bin al-Khaththab radhiyallahu `anhu adalah saudara Umar Ibnu al-Khaththab Amirul Mukminin radhiyallahu Ta'ala `an al-Jami`. Beliau adalah salah satu yang mati syahid dalam peperangan melawanMusailamah al-Kadzdzab pada tahun 12 H dan beliau adalah salah seorang yang terbunuh di sana. Lalu dibangun kubah di atas kuburannya, sebagaimana dikatakan orang-orang. 

Dan kemungkinan kuburan orang lain, akan tetapi orang-orang mengatakan itu adalah kuburan Zaid bin Khaththab. Keinginan Syaikh Muhammad tersebut disetujui oleh Utsman seperti yang telah disebutkan sebelumnya. Alhamdulillah, akhirnya kubah itu dihancurkan, sehingga saat ini sisa-sisanya sudah tidak nampak sama sekali. Segala puji dan anugerah adalah milik Allah. Allah mematikan pengaruh kubah tersebut ketika ia dihancurkan berdasarkan niat yang benar, tujuan yang baik dan demi membela kebenaran. Di sana juga terdapat kuburan-kuburan lainnya, di antaranya adalah kuburan yang menurut orang-orang milik Dhirar bin al-Azwar yang di atasnya juga dibangun kubah. Dan kubah itu pun dihancurkan juga. Di sana juga terdapat tempat-tempat lain yang dihilangkan oleh `Azza wa Jalla. Di sana juga terdapat gua-gua dan pepohonan yang disembah orang-orang. Semua itu dihilangkan dan dihancurkan, dan orang-orang pun diperingatkan agar tidak menyembahnya lagi.


Jadi Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah terus berdakwah dengan ucapan dan perbuatan nyata, seperti yang telah dijelaskan. Syaikh juga pernah didatangi seorang perempuan yang mengaku telah berzina beberapa kali. Syaikh menanyakan tentang akal perempuan itu dan orang-orang menjawab bahwa perempuan adalah orang yang waras dan tidak apa-apa. Ketika perempuan itu bersikeras mengakui perbuatannya dan tidak menarik pengakuannya sama sekali, serta mengakunya bukan karena dipaksa, tidak ada ketidakjelasan sama sekali bagi perbuatannya tersebut dan telah menikah, maka Syaikh rahimahullah memerintahkan agar dia dirajam. Perempuan itu pun dirajam atas perintahnya ketika beliau menjadi seorang hakim di al-`Uyaynah. Setelah itu beliau pun terkenal dengan tindakannya menghancurkan kubah, merajam seorang perempuan dan dakwah yang agung. Orang-orang pun berdatangan ke al-`Uyaynah. 

Kemudian Gubernur al-Ahsa'dan para pengikutnya yang berada di bawahnya, seperti Bani Khalid dan Sulaiman bin `Urai`ir al-Khalidi, mendengar informasi tentang Syaikh, dakwahnya kepada Allah, serta tindakannya menghancurkan kubah-kubah di kuburan dan melaksanakan hukuman hudud. Berita ini membuat gubernur yang merupakan orang Arab pedalaman ini sangat tidak suka, karena merupakan kebiasaan orang-orang pedalaman Arab melakukan kezaliman, membunuh, merampas harta orang lain dan melanggar kehormatan orang-orang. Ia pun takut jika pengaruh Syaikh semakin besar dan dapat menghancurkan kekuasaannya. Maka dia mengirim surat kepada Utsman untuk mengancamnya dan memerintahkannya untuk membunuh Syaikh yang ada di daerahnya itu, yaitu di al-`Uyaynah dan berkata, "Kami mendengar bahwa dai yang ada di tempat kalian melakukan ini dan itu. Bunuh dia, jika tidak maka kami akan menghentikan pajak yang kami setorkan kepada Anda." 

Sebelumnya ia memang selalu memberi bantuan kepada Gubernur Utsman berupa emas. Ancaman tersebut membuat Utsman merasa gelisah. Dia khawatir jika tidak menuruti keinginannya maka pemberian tersebut akan dihentikan atau dia akan diperangi. Dia berkata kepada Syaikh, "Gubernur ini menulis surat kepada kami begini dan begini dan kami tidak mungkin membunuh Anda, namun kami takut terhadap gubernur ini dan kami tidak mampu melawannya. Jika Anda mau, maka pergilah dari daerah kami." Lantas Syaikh berkata, "Yang saya dakwahkan adalah agama Allah dan menegakkan kalimat "laa ilaaha illa-llaah" serta merealisasikan kesaksikan bahwa Muhammad adalah utusan Allah. Barangsiapa berpegang teguh kepada agama ini dan membelanya, serta bersungguh-sungguh dalam melakukannya, maka Allah akan menolong dan membelanya, serta dan membuatnya menguasai negeri-negeri para musuhnya. Jika Anda bersabar dan istiqamah serta menerima kebaikan ini, maka ketahuilah, sesungguhnya Allah akan menolong Anda dan menjaga Anda dari orang badui tersebut dan orang lain. Dan Allah akan membuat Anda menguasai negerinya dan para pendukungnya." Gubernur Utsman menjawab, "Syaikh, kami tidak mampu melawannya dan kami tidak mampu bersabar untuk menentangnya." Sejak itulah Syaikh pergi meninggalkan al-`Uyaynah dan pindah ke ad-Dir'iyyah. Menurut orang-orang, beliau datang ke ad-Diri'yyah dengan berjalan kaki, dan sampai di sana di sore hari. 

Beliau pergi dari al-`Uyaynah di pagi hari dengan berjalan kaki dan tidak diberi tunggangan oleh Utsman. Kemudian beliau mendatangi salah satu tokoh saleh yang tinggal di ujung ad-Dir'iyyah yang bernama Muhammad bin Suwaylim al-`Urayni. Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab singgah di sana. Dan disebutkan bahwa Syaikh Muhammad bin Suwaylim merasa khawatir dengan kedatangan Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab ke rumahnya. Dia merasa sangat tidak nyaman denggan kedatangan Syaikh karena takut terhadap Gubernur ad-Dir'iyyah, Muhammad bin Saud. Maka Syaikh menenangkannya dan berkata kepadanya, "Berbahagialah dengan kebaikan yang akan datang kepadamu. Sesungguhnya yang saya dakwahkan kepada orang-orang adalah agama Allah, dan Allah akan membuatnya jaya." Kemudian Muhammad bin Saud mendengar berita tentang Syaikh Muhammad. 

Disebutkan bahwa yang memberitahunya adalah istrinya. Ia didatangi oleh beberapa orang lelaki saleh dan berkata kepadanya, "Beritahulah Muhammad bin Saud tentang lelaki itu (Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab). Doronglah dia untuk menerima dakwahnya dan bujuklah dia untuk membela dan membantunya." Istri Muhammad bin Saud ini adalah wanita yang salehah. KetikaMuhammad bin Saud, Gubernur ad-Dir'iyyah dan kawasan sekitarnya, mendatangi istrinya, dia berkata kepada suaminya, "Berbahagialah dengan harta yang besar ini. Harta ini diantarkan oleh Allah kepada Anda, yaitu seorang dai yang mengajak kepada agama Allah, mengajak kepada Kitab Allah, dan mengajak kepada Sunnah Rasulullah Shallallahu `Alaihi wa Sallam. Sungguh ini adalah harta yang sangat besar. Segeralah menerimanya dan membelanya. Jangan pernah berhenti melakukan itu". 

Gubernur Muhammad Saud menerima saran istrinya, namun kemudian dia ragu, apakah menemui Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab, atau mengundangnya untuk datang ke tempatnya. Lalu dia diberi saran, dan ada yang mengatakan bahwa istrinya tersebut juga yang memberinya saran bersama sejumlah orang saleh, mereka berkata kepada sang gubernur, "Tidak sepantasnya Anda mengundang dia untuk mendatangi Anda, namun sebaiknya Anda menemuinya di rumahnya. Anda mendatanginya karena memuliakan ilmu dan seorang dai yang mengajak kepada kebenaran." 

Lalu Muhammad bin Saud rahimahullah menerima saran tersebut karena Allah telah menuliskan kebahagiaan dan kebaikan untuknya, serta memuliakan tempat kembalinya. Kemudian dia pergi ke rumah Syaikh Muhammad bin Suwaylim. Dia menemuinya, mengucapkan salam kepadanya dan berbincang-bincang dengannya. Syaikh Muhammad berkata kepadanya, "Berbahagialah, karena Anda mendapatkan pembelaan, keamanan dan dukungan." Maka Syaikh membalasnya dengan berkata, "Dan Anda juga, berbahagialah karena akan mendapatkan pertolongan, kejayaan dan kesudahan yang baik." Ini adalah agama Allah. Barangsiapa membelanya, maka Allah akan membelanya, dan barangsiapa mendukungnya, maka Allah akan mendukungnya. Dan Anda akan segera mendapatkan dampak positifnya." Syaikh Muhammad bin Suwaylim berkata, "Syaikh, saya akan berbaiat kepada Anda untuk membela agama Allah dan Rasul-Nya, serta berjihad di jalan Allah, akan tetapi saya khawatir, jika kami mendukung dan membela Anda, lalu Allah membuat Anda mengalahkan musuh-musuh Islam, maka Anda akan mencari tempat lain dan meninggalkan daerah berpindah ke daerah lain." Syaikh berkata, "Tidak. Saya bersumpah akan hal ini. Saya bersumpah bahwa nyawa akan dibalas dengan nyawa. Dan kehancuran dibalas dengan kehancuran. Saya tidak akan keluar dari negeri Anda untuk selamanya." 

Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab berbaiat untuk mendukungnya, menetap di daerahnya, dan tetap membantu gubernur setempat serta berjihad bersamanya di jalan Allah, hingga agama Allah jaya. Maka baiat dan sumpah pun dilakukan atas hal tersebut. Orang-orang pun berdatangan ke ad-Dir'iyyah dari semua penjuru. Dari al`Uyaynah, `Irqah,Manfuhah, Riyadh dan negeri-negeri lainnya di sekitar ad-Dir'iyyah. Dan ad-Dir'iyyah terus menjadi tujuan orang-orang yang berhijrah dari berbagai tempat. Orang-orang pun mendengar berita tentang Syaikh dan pengajiannya di ad-Dir'iyyah serta dakwah dan bimbingan agama yang beliau sampaikan. Mereka datang berbondong-bondong, baik dalam rombongan maupun perorangan. 

Syaikh tinggal di al-Dir`iyyah dimuliakan, didukung, dicintai dan dibela. Materi-materi yang beliau sampaikan diad-Dir'iyyah adalah akidah, al-Quran al-Karim, tafsir, fikih, hadis, musthalah hadis, ilmu-ilmu bahasa Arab, sejarah dan ilmu-ilmu yang bermanfaat lainnya. Orang-orang berdatangan dari berbagai tempat. Di ad-Dir'iyyah para pemuda dan yang lainnya belajar kepadanya. Beliau mengadakan banyak pengajian untuk orang-orang, baik orang-orang khusus maupun orang-orang awam. 

Beliau terus menyebarkan ilmu di ad-Dir'iyyah dan terus berdakwah. Kemudian beliau mulai berjihad, melayangkan surat kepada orang-orang untuk ikut berperan serta dalam gerakannya tersebut, dan menghapuskan kesyirikan yang menyebar di negeri-negeri mereka. Beliau mulai dengan penduduk Najed. Beliau mengirimkan surat kepada para pemimpin dan para ulamanya. Beliau mengirim surat kepada para ulama Riyadh dan gubernurnya yaitu Daham bin Dawas. Dan beliau mengirimkan surat kepada para ulama al-Kharj dan para gubernurnya. Juga kepada para ulama daerah-daerah di kawasan selatan, yaitu Qasim, Ha'il, al-Wasym, Sudair dan lainnya. 

Beliau terus-menerus mengirimkan surat kepada orang-orang, kepada para ulama dan para pemimpin mereka. Beliau juga mengirimkan surat kepada para ulama al-Ahsa', juga para ulama Masjidil Haram dan Masjid Nabawi.Beliau juga mengirimkan surat kepada para ulama di luar Jazirah Arab, seperti Mesir, Syam, Irak, India, Yaman dan lainnya. Beliau terus mengirimkan surat kepada mereka dan menyampaikan argumentasinya. Beliau juga mengingatkan orang-orang tentang berbagai kesyirikan dan bidah yang banyak terjadi. Ini bukan berarti tidak ada orang-orang yang membela agama Allah. 

Ketika itu ada para pembela agama Allah, karena Allah Jalla wa `Ala telah menjamin bahwa pasti akan ada pembela bagi agama ini dan akan selalu ada segolongan orang dari umat ini yang berada di atas kebenaran yang Dia bela. Hal ini sebagaimana disabdakan oleh Nabi Muhammad Shallallahu `Alaihi wa Sallam. Terdapat para pembela Allah di banyak kawasan di bumi ini, akan tetapi pembicaraan kali ini adalah tentang Najed yang pada saat itu di sana tersebar keburukan, kesyirikan dan khurafat yang tidak dapat dihitung jumlahnya kecuali oleh Allah `Azza wa Jalla. Padahal di sana terdapat sejumlah ulama yang baik, namun mereka tidak ditakdirkan untuk bangkit berdakwah dengan penuh semangat sebagaimana mestinya.

Di Yaman dan selain Yaman juga terdapat para dai yang mengajak kepada kebenaran, dan para pembela agama Allah yang mengetahui kesyirikan dan khurafat tersebut, akan tetapi Allah tidak menakdirkan dakwah mereka berhasil seperti yang berlaku pada dakwah Syaikh Muhammad karena banyak sebab. 

Di antaranya adalah tidak adanya penolong yang mendukungnya. Juga tidak adanya kesabaran dari kebanyakan para dai, dan tidak kuat untuk bertahan di jalan Allah. Juga minimnya ilmu yang dimiliki dai yang dapat membantu mereka untuk mengarahkan orang-orang dengan cara yang sesuai, bahasa yang layak, bijaksana dan nasehat yang baik. Dan masih ada faktor-faktor lain selain yang telah disebutkan ini. Karena banyaknya surat yang beliau layangkan, banyaknya tulisan yang beliau buat dan jihad yang beliau lakukan, maka Syaikh menjadi terkenal dan dakwahnya diketahui oleh banyak orang. Tulisan-tulisannya sampai kepada para ulama di dalam Jazirah Arab dan di luarnya, dan banyak sekali orang yang terpengaruh oleh dakwahnya. 

Di India, Indonesia, Afghanistan, Afrika,Maroko, demikian juga di Mesir, Syam dan Irak. Di sana terdapat banyak dai yang memiliki pengetahuan tentang kebenaran, dan mereka berdakwah, menyeru umat manusia kepadanya. Ketika mereka mendengar dakwah Syaikh, maka semangat mereka bangkit dan kekuatan mereka pun meningkat, sehingga mereka terkenal dengan dakwah mereka. 

Dakwah Syaikh terus menyebar di dunia Islam dan negara-negara lain. Kemudian pada abad ini buku-buku dan tulisan-tulisan Syaikh dicetak, demikian buku anak-anaknya, cucu-cucunya, para pendukungnya, dan para pembelanya yang terdiri dari pada ulama kaum Muslimin di Jazirah Arab dan di luarnya. Juga telah dicetak buku-buku yang mengulas tentang dakwahnya, biografinya dan para pendukungnya, hingga dakwahnya terkenal di berbagai sebagian besar belahan dunia. 

Dan bukan hal yang asing lagi bahwa setiap nikmat pasti ada orang yang iri terhadapnya, dan setiap dai pasti banyak musuhnya. Hal ini sebagaimana difirmankan oleh Allah Ta'ala,  "Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu setan-setan (dari jenis) manusia dan (dari jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia). Jika Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan."

Ketika Syaikh terkenal dengan dakwahnya, tulisan-tulisannya yang banyak dan karangan-karangannya yang penting yang disebarkan kepada khalayak umum, juga surat-suratnya yang beliau kirimkan kepada orang-orang, muncul banyak kelompok yang terdiri dari pada pendengki dan penentangnya. Juga muncul para musuh lainnya. Musuh dan lawannya pun terbagi menjadi dua kelompok; satu kelompok memusuhinya atas nama ilmu dan agama, dan satu kelompok lagi memusuhinya karena motif politik tapi menggunakan kedok ilmu dan agama, lalu memanfaatkan para ulama yang memusuhinya dan mengatakan bahwa Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab tidak berada di atas kebenaran, dan hal-hal lainnya. 

Namun Syaikh rahimahullah terus berdakwah dan menepis berbagai tuduhan yang diarahkan kepadanya, menjelaskan dalil, membimbing orang-orang kepada kebenaran yang sesuai dengan al-Quran dan Sunnah Rasul-Nya Shallallahu `Alaihi wa Sallam. Terkadang para musuhnya itu mengatakan bahwa beliau termasuk golongan Khawarij dan terkadang mereka menuduhnya dengan mengatakan bahwa beliau telah melanggar ijmak, mengklaim menjadi mujtahid mutlak dan tidak menganggap sama sekali para ulama dan fukaha terdahulu. Dan masih banyak hal lain yang dituduhkan kepadanya. 

Semua itu tidak lain disebabkan sedikitnya ilmu dari orang-orang tersebut. Ada satu kelompok yang melemparkan tuduhan-tuduhan tersebut karena meniru dan meniru orang lain. Ada juga kelompok yang melemparkan berbagai tuduhan kepadanya karena takut kehilangan kekuasannya, sehingga memusuhinya berdasarkan motif politik namun mengatasnamakan kepentingan agama Islam, lalu menggunakan perkataan para pelaku khurafat dan orang-orang yang menimbulkan kesesatan.

Sumber: 

http://www.alifta.net/Fatawa/fatawaDetails.aspx?languagename=id&BookID=4&View=Page&PageNo=1&PageID=65 
Jilid 1, hal. 354-364
Dimuat dalam salah satu terbitan Kantor Ketua Umum Departemen Riset Ilmiah, Fatwa, Dakwah dan Bimbingan, nomor 50, tahun 1403 H.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih telah membaca artikel kami. Besar harapan kami untuk bisa membaca komentar para pengunjung. Dan berkomentar lah dengan nama (jangan anonim), dan jika berkenan isikan email/website anda supaya saya bisa mengunjungi balik anda semua. terima kasih.

Pembelaan

Download Audio dan Video Menyingkap Hakikat Wahabi oleh Ustad Dzulqarnain Muhammad Sunusi

Kajian Ilmiah MENYINGKAP HAKIKAT WAHABI PEMATERI: Ustadz Dzulqarnain Muhammad Sunusi [Pengasuh Pesantren As-Sunnah Makassar] WAKTU:...