RI : Kalau ada yang bilang sejak
awal kemunculan Wahabi bermotif politis-kekuasaan[11]. Lalu ada
kepentingan-kepentingan yang memanfaatkan gerakan tersebut, termasuk
kepentingan asing.
AF : Disini perlu kami jelaskan bahwa
kemunculan Ahlus Sunnah di zaman Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab, lalu
didukung oleh Raja Muhammad bin Su’ud, bukanlah dilatari semata kekuasaan,
bahkan keprihatinan atas kondisi masyarakat yang kala itu jauh terperosok dalam
jurang kesyirikan, kesesatan dan kekafiran, akibat tersebarnya berbagai macam pemikiran
dan tarekat yang berbahaya dan merongrong dasar agama kaum muslimin. Di sisi
lain, kondisi itu diperparah dengan adanya dukungan dari para ulama suu’
(buruk) yang menghias-hiasi kesyirikan, kekafiran dan kesesatan sebagai sesuatu
yang baik atau minimal boleh-boleh saja!! Na’udzu billah.
Ulama-ulama suu’ itu juga ikut
memanas-manasi keadaan sehingga pemicu terjadinya perang. Mereka menyebarkan
isu yang tak benar tentang dakwah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab
-rahimahullah-.
Inilah kondisi sosial dan kemasyarakatan
yang ada di zaman beliau -rahimahullah-. Memang kala itu banyak yang kaget,
marah, hasad dan dendam atas munculnya dakwah tauhid dan sunnah yang memerangi
segala macam bentuk kesyirikan dan bid’ah.
Kalau mereka dikatakan sebagai kaki
tangan asing, maka ini hanyalah tuduhan kosong, tanpa bukti. Justru kerajaan
Inggris saat mendengar munculnya Kerajaan Tauhid, Saudi Arabiah, maka mereka
memanfaatkan negara-negara kaum muslimin yang sudah mereka caplok untuk
memerangi Kerajaan Saudi. Akhirnya, terjadilah perang saudara dan runtuhlah
Dinasti Saudi pertama, lalu para pemimpin dan ulama Saudi di penjara dan
diasingkan. Walau pun Saudi setelah itu bangkit lagi dan sampai hari ini pun
para pemimpin negara sekutu terus berusaha menggulingkan Negara Tauhid, Saudi
Arabiah. Semoga Allah menolong, melindungi dan memberi taufiq kepada mereka,
amin…
RI : Kelihatannya Habib Ali Hasan
Bahar membawakan sebuah fakta yang perlu dikritisi. Dia ingin menguatkan dugaan
bahwa kemunculan Wahabi ada campur tangan asing. Faktanya menurut dia bahwa
pernah ada fatwa dari mufti Saudi untuk jihad ke Afganistan, karena kader-kader
Wahabi yang berjihad ke Afghanistan itu sebenarnya hasil rekayasa intelijen
Eropa Barat untuk menghabisi pengaruh komunisme Eropa Timur di Afghanistan. Afghanistan
menjadi lahan pertempuran dua ideologi; ideologi Barat dan ideologi Timur.
Ini penuturan Sang Habib. Menurut
Ustadz Abul Fadhilah gimana ini?
AF : Semua ini hanyalah sangkaan yang
lemah dan batil[12]. Adanya fatwa jihad ke Afganistan, mungkin karena saat itu,
jihad ke sanalah yang memungkinkan. Sedang jihad ke Palestina mungkin saja
berat menurut ulama saat itu. Karena berhadapan dengan Yahudi, berarti
berhadapan dengan negara-negara multinasional. Wallahu A’lam, yang jelas, semua
korelasi yang disebutkan hanyalah asumsi yang masih bisa diperebatkan dan butuh
data serta fakta akurat.
Kalau kita mau membuat asumsi, lalu
dihubungkan dengan asumsi lain, maka tak ada manusia yang selamat dari
tuduhan-tuduhan keji. Bahkan Sang Habib pun dapat kami tuduh sebagai kaki
tangan asing, dengan membuat asumsi-asumsi buruk, lalu dihubungkan untuk
membuat kesimpulan bahwa ia adalah kaki tangan asing dalam memecah belah kaum
muslimin.
Namun tentunya sikap seperti ini kami
tak akan lakukan, karena hanya menimbulkan hal-hal yang negatif.
RI : Ada yang menyatakan bahwa
Wahabi (baca: Ahlus Sunnah) di Indonesia mendapatkan suntikan dana dari Timur
Tengah?
AF : Mungkin ya, mungkin tidak. Kalau
ya, kenapa kita pusingi? Bukankah juga aliran-aliran sesat dan kafir, kayak
Ahmadiah dan Syi’ah juga mendapatkan suntikan dana. Nah, kenapa bukan ini yang
disoroti.
***
[11] Kalau politiknya politik syar’iy,
kenapa tidak. Kalau menguasai suatu negeri dengan bimbingan wahyu, kenapa
tidak? Cuma mereka ini menggambarkan bahwa Ahlus Sunnah sebenarnya haus
kekuasaan, sehingga berusaha meraih kekuasaan dengan baju dakwah. Jelas ini
sangkaan buruk dan miring!! Kalau sekedar menuduh, yah gampang saja. Bukankah
NU juga menginginkan kekuasaan melalui partai-partainya? Alhamdulillah, Ahlus
Sunnah yang mereka gelari “Wahabi” di Indonesia mereka tak masuk dalam partai
apapun untuk membuktikan bahwa mereka bukanlah manusia haus kekuasaan.
[12] Kalau sekedar menuduh gampang saja!!
***
Dari wawancara Redaksi al-Ihsan dengan Al-Ustadz Abul Fadhilah Al-Makassariy
http://pesantren-alihsan.org/meluruskan-wawancara-habib-ali-hasan-bahar-seputar-isu-wahabi.html
http://pesantren-alihsan.org/meluruskan-wawancara-habib-ali-hasan-bahar-seputar-isu-wahabi.html
Ikut nyimak aja mas. Mau berkomentar tentang wahabi, saya takut kalau salah hehe :) Soalnya saya nggak tahu :)
BalasHapus