Jumat, 26 Oktober 2012

Rekaman Kajian Syarah Ushul Sittah - Syaikh Abdullah bin Mar'i


Audio: Syarah Ushul Sittah (Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab

Ikhwati Al-kirom….
Penuhilah Hard Disk komputer anda dengan pelajaran para ulama’ Ahlus Sunnah Wal Jama’ah…..
Kali ini kami menyajikan untuk anda Syarah Kitab Al-Ushul Sittah, karya Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab Rahimahullah. Kitab kecil nan mungil ini dijelaskan secara gamblang oleh Syaikhuna Abdurrahman bin Mar’ie Al-Adeni, adik kandung Syaikhuna Abdullah Al-Mar’ie hafizhahumullah.
Syaikh Abdurrahman adalah pengasuh ponpes Darul Hadits di kota Fuyusy, Yaman.
Link Download Matan
Link Download Syarah

Rekaman Kajian Nawaqidul Islam - Ustadz Dzulqarnain M. Sunusi


NAWAQIDUL ISLAM

Berikut ini link download kajian kitab Nawaqidhul Islam yang ditulis oleh Syaikhul Islam Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah. Kajian ini disampaikan oleh Al Ustadz Abu Muhammad Dzulqarnain. Sebelum mendownload silakan baca kententuan dan adab dalam mendownload di sini.


Rekaman Kajian PEMBATAL KEISLAMAN / NAWAQIDUL ISLAM - Ustadz Sofyan Ruray


Kaum Muslimin dan Muslimah -yang semoga dirahmati oleh Allah Ta'ala-, berikut ini adalah Kajian Ba'da Subuh dan Tanya Jawab di Radio Dakwah Salafiyyah FM 107.7 Mhz dengan judul pembahasan AN-NAWAQIDHUL ISLAM bersama  Al-Ustadz Abu Abdillah Sofyan Chalid bin Idham Ruray. Semoga bermanfaat dan Insya Allah file-filenya dapat didownload pada link berikut:


Rekaman Kajian FADHLU AL-ISLAM (Ustadz Dzulqarnain M. Sunusi)



  1. Daurah-Surabaya    10M  
  2. Daurah-Surabaya   4.3M  
  3. Daurah-Surabaya   10M  
  4. Daurah-Surabaya   13M  
  5. Daurah-Surabaya  6.4M  
  6. Daurah-Surabaya   10M  
  7. Daurah-Surabaya  4.8M  
  8. Daurah-Surabaya  12M  
  9. Daurah-Surabaya  14M 
 
Sumber: ilmoe.com  & Link Resmi: Ustadz Dzulqarnain

Kamis, 25 Oktober 2012

Rabu, 24 Oktober 2012

Rekaman Kajian Makna Laa Ilaha Illallah - Ustadz Dzulqarnain M. Sunusi




______________________________

Alhamdulillah, Allahumma shalli 'ala Muhammad wa 'alaa aalihi washahbihi wasallam. 

Kembali hadir, kehadapan pembaca sebuah link rekaman kajian yang diisi oleh Al-Ustadz Dzulqarnain M Sunusi tentang makna Laa Ilaaha Illallah. Sebuah risalah  karya syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab -rahinahullah- .

Berikut rekaman pelajaran Makna Laa Ilaha Illallah yang merupakan rangkaian Kajian Aqidah Tiga Kali Sepekan yang dibawakan di Mahad As-Sunnah jln. Bajirupa No. 8 Makassar tahun pelajaran 1433 H/2012. Semoga bisa dipetik banyak faedah di dalamnya.

Selasa, 29 Mei 2012

13-Fadhlul Islam - Keutamaan Islam bagian 13: Bab Peringatan terhadap Bid’ah

BAB PERINGATAN DARI BID’AH


Dari ‘Irbadh bin Sariyah, dia berkata, suatu hari Rosulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menasehati kami dengan sebuah nasehat yang mengena yang membuat air mata jatuh bercucuran dan menggetarkan hati-hati, kami berkata, “Wahai Rosulullah, seakan-akan ini adalah nasehat perpisahan maka berilah kami wasiat.”Rosulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Aku wasiatkan kalian untuk bertakwa kepada Allah, mendengar dan taat (kepada penguasa), walaupun yang memerintah kalian adalah seorang budak. Sesungguhnya barangsiapa yang hidup di antara kalian maka dia akan melihat perselisihan yang banyak. Maka wajib atas kalian untuk berpegang dengan sunnahku dan sunnah khulafaur rosyidin yang terbimbing. Berhati-hatilah kalian dari perkara-perkara baru yang diadakan (dalam agama), karena setiap bid’ah adalah sesat.” Berkata At-Tirmidzi, “Hadits ini adalah hadits yang hasan shohih.”

Dan dari Hudzaifah, dia berkata: “Setiap ibadah yang para shohabat Muhammad tidak beribadah dengannya maka jangan kalian beribadah dengannya, karena generasi awal tidak akan membiarkan satu fitnah pada generasi akhir. Maka bertakwalah kepada Allah wahai para pembaca al-qur’an, dan ambillah jalan orang-orang sebelum kalian.”  Atsar ini diriwayatkan oleh Abu Dawud.

Berkata Ad-Darimi: Telah mengabarkan kepada kami Al-Hakam bin Al-Mubarok, telah memberitahukan kepada kami ‘Umar bin Yahya, dia berkata: Aku mendengar ayahku mengabarkan dari bapaknya, dia berkata: Dulu kami duduk di pintu rumah ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu sebelum waktu sholat dhuhur, apabila beliau keluar (dari rumahnya) kami berjalan bersamanya menuju masjid. Kemudian Abu Musa Al-Asy’ari radhiyallahu ‘anhu mendatangi kami, dia berkata, “Apakah Abu ‘Abdirrohman (Ibnu Mas’ud) telah keluar kepada kalian?” Kami berkata, “Belum.” Kemudian Abu Musa Al-Asy’ari duduk-duduk bersama kami hingga Ibnu Mas’ud keluar. Ketika Ibnu Mas’ud keluar kami semua bangkit menuju beliau. Lalu Abu Musa Al-Asy’ari berkata kepadanya, “Wahai Abu ‘Abdirrohman! Baru saja di masjid aku melihat satu perkara yang aku ingkari, namun aku tidak melihat –segala puji bagi Allah- kecuali kebaikan.” Ibnu Mas’ud bertanya, “Perkara apaitu?” Abu Musa Al-Asy’ari menjawab, “Jika engkau berumur panjang, engkau akan melihatnya.” Abu Musa Al-Asy’ari berkata, “Aku melihat di masjid ada orang berkelompok-kelompok duduk-duduk sambil menanti waktu sholat tiba, pada setiap kelompok ada seorang yang di tangan-tangan mereka ada kerikil-kerikil (untuk menghitung), lalu dia berkata, ‘Bertakbirlah seratus kali.’ Maka orang-orangpun bertakbir seratus kali. Kemudian dia berkata, ‘Bertahlillah seratus kali.’ Lalu dia berkata, ‘Bertasbihlah seratus kali.’ Maka orang-orangpun bertasbih seratuskali.” Kemudian Ibnu Mas’ud bertanya kepada Abu Musa Al-Asy’ari: “Apa yang kau katakan pada mereka?” Abu Musa Al-Asy’ari menjawab, “Aku tidak berkata apapun kepada mereka, aku menanti pendapat atau perintahmu.” Ibnu Mas’ud berkata, “Mengapa engkau tidak perintahkan mereka untuk menghitung kejelekan-kejelekan mereka dan engkau beri jaminan mereka bahwa kebaikan-kebaikan mereka tidak akan hilang sedikitpun?” Kemudian Ibnu Mas’ud berlalu maka kami pun mengikutinya. Sampai kami mendatangi kelompok-kelompok manusia itu di masjid dan berhenti di halaqoh mereka. Ibnu Mas’ud bertanya (kepada mereka), “Apa ini yang aku lihat kalian lakukan?” Mereka menjawab, “Wahai Abu ‘Abdirrohman! Ini adalah kerikil yang kami gunakan untuk menghitung takbir, tahlil, dan tasbih.” Maka Ibnu Mas’ud berkata, “Hitunglah kesalahan-kesalahan kalian, aku jamin kebaikan-kebaikan kalian tidak akan hilang sedikitpun. Celaka kalian, wahai umat Muhammad, betapa cepatnya kebinasaan kalian! Para shohabat Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam masih banyak. Dan pakaian Rosulullah belumlah usang. Dan bejana-bejana beliau belumlah pecah. Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, apakah kalian itu sungguh berada di atas sebuah millah yang lebih mendapat petunjuk daripada millah Muhammad ataukah kalian adalah orang-orang yang membuka pintu kesesatan?” Mereka menjawab, “Demi Allah wahai Abu ‘Abdirrohman! Tidaklah yang kamiinginkan kecualikebaikan.” Maka Ibnu Mas’ud berkata, “Betapa banyak orang yang menginginkan kebaikan namun tidak dapat memperolehnya. Sesungguhnya Rosulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengabarkan kepada kami tentang suatu kamu yang membaca Al-Qur’an namun tidak sampai melampaui tenggorokan-tenggorokan mereka. Demi Allah mungkin kebanyakan dari mereka adalah kalian.” Kemudian beliau meninggalkan mereka.

Maka berkata ‘Amr bin Salamah, “Kami melihat kelompok-kelompok itulah yang memerangi kami pada peristiwa An-Nahrowan bersama khowarij.”

Allah tempat kita memohon pertolongan dan kepada-Nyalah kita bertawakal. Sholawat dan salam semoga terlimpah kepada Sayyid kita Muhammad, kepada keluarganya dan para shohabatnya semua. Telah selesai kitab ini. Dan segala puji bagiAllah.

12-Fadhlul Islam - Keutamaan Islam bagian 12: Bab tentang Keterasingan Islam dan Keutamaan Ghuraba’

BAB TENTANG KETERASINGAN ISLAM DAN KEUTAMAAN ORANG-ORANG YANG ASING


Dan Allah Ta’ala berfirman: “Maka mengapa tidak ada dari umat-umat yang sebelum kalian orang-orang yang mempunyai keutamaan yang melarang pengrusakan di muka bumi, kecuali sebahagian kecil di antara orang-orang yang telah Kami selamatkan di antara mereka.” (QS.Hud:116).

Dan dari Abu Huroiroh radhiyallahu‘anhu secara marfu’: “Sesungguhnya Islam itu mulai dalam keadaan asing, dan akan kembali dalam keadaan asing sebagaimana ketika mulai pertama kali. Maka berbahagialah Al-Ghuroba.” Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Muslim dan Imam Ahmad dari hadits Ibnu Mas’ud dan di dalamnya (ada lafadz), “Siapakah Al-Ghuroba itu?” Beliau menjawab: “Orang-orang asing di antara kabilah-kabilah.”

Dan dalam satu riwayat lain: “Ghuroba adalah orang-orang yang mengadakan perbaikan ketika manusia rusak.”

Dan bagi At-Tirmidzi (ada riwayat) dari hadits Katsir bin ‘Abdillah dari bapaknya,dari kakeknya: “Berbahagialah ghuroba, yaitu orang-orang yang mengadakan perbaikan sunnahku yang dirusak manusia.”

Dan dari Abu Umayyah dia berkata, “Aku bertanya kepada Abu Tsa’labah, aku katakan padanya, “Wahai Abu Tsa’labah apa yang engkau katakan tentang ayatini: “Hai orang-orang yang beriman, jagalah diri-diri kalian; tidaklah orang yang sesat itu akan memberi mudhorot kepada kalian apabila kalian telah mendapat petunjuk.”” (QS.Al-Maidah:105). Maka dia (Abu Tsa’labah) menjawab, “Demi Allah, engkau telah menanyakannya kepada orang yang tahu. Aku pernah menanyakannya kepada Rosulullah shallallahu‘alaihi wa sallam: “Bahkan perintahkanlah kalian kepada yang ma’ruf dan laranglah dari yang mungkar, hingga kalian melihat sifat kikir ditaati, hawa nafsu diikuti, dunia diutamakan, dan setiap orang merasa bangga dengan pendapatnya. Maka wajib atasmu dengan kekhususan dirimu dan tinggalkanlah orang-orang awam. Sesungguhnya di belakang kalian akan ada hari-hari. Orang yang sabar di hari-hari itu seperti orang yang menggenggam bara api. Orang yang beramal di saat itu akan mendapatkan pahala semisal pahala lima puluh orang yang beramal seperti amalan kalian.” Para shohabat bertanya: “Semisal pahala lima puluh orang dari kami atau darimereka?”  Rosulullah menjawab, “Bahkan semisal lima puluh kali dari kalian.” Hadits ini diriwayatkan oleh Abu Dawud dan At-Tirmidzi.

Dan Ibnu Wadhoh meriwayatkan hadits yang semakna dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu‘anhu dengan lafadz: “Sesungguhnya sepeninggal kalian akan ada hari-hari dimana orang yang bersabar padanya adalah orang yang berpegang teguh dengan seperti apa yang kalian pegangi pada hari ini. Dia akan mendapat limapuluh kali pahala dari kalian.” Ada yang bertanya: “Ya Rosulullah, lima puluh kali pahala dari mereka?” Rosulullah menjawab, “Bahkan (lima puluh kal ipahala) dari kalian.”

Kemudian dia (Ibnu Wadhoh) berkata: Telah memberitahukan kepada kami Muhammad bin Sa’id, telah memberitahukan kepada kami Asad, telah berkata Sufyan bin ‘Uyainah, dari Aslam Al-Bashri, dari Sa’id saudaranya Al-Hasan dia memarfu’kannya, aku katakan kepada Sufyan dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam? Dia berkata, “Ya.”Beliau bersabda:. “Sesungguhnya kalian pada hari ini di atas bayyinah (ilmu) dari Robb kalian, kalian beramar ma’ruf nahi mungkar, dan kalian berjihad di jalan Allah, dan belum nampak pada kalian dua kemabukan yaitu mabuk kebodohan dan cinta dunia. Kemudian kalian akan berubah dari hal itu. Sehingga kalian tidak lagi beramar ma’ruf nahi mungkar, kalian tidak berjihad di jalan Allah, dan nampak pada kalian dua kemabukan. Maka pada hari itu orang yang berpegang teguh dengan al-kitab dan as-sunnah dia akan mendapat pahala lima puluh orang.” Ada yang bertanya, “Pahala lima puluh orang dari mereka?” Rosulullah menjawab, “Tidak bahkan dari kalian.”

Dan baginya dengan sebuah sanad dari Al-Mu’afiri, dia berkata, Rosulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Berbahagialah al-ghuroba yaitu orang-orang yang berpegang teguh dengan kitabullah ketika (kitabullah itu) ditinggalkan, dan mereka mengamalkan sunnah ketika (sunnah itu) telah mati.”

Pembelaan

Download Audio dan Video Menyingkap Hakikat Wahabi oleh Ustad Dzulqarnain Muhammad Sunusi

Kajian Ilmiah MENYINGKAP HAKIKAT WAHABI PEMATERI: Ustadz Dzulqarnain Muhammad Sunusi [Pengasuh Pesantren As-Sunnah Makassar] WAKTU:...