Halaman

Kitab Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab

Rabu, 04 September 2013

Seputar Isu Wahabi (1) : Dakwah Wahabi



Meluruskan Wawancara Habib Ali Hasan Bahar Seputar Isu Wahabi
Oleh: Redaksi al-Ihsan dan Al-Ustadz Abul Fadhilah Al-Makassariy

[Makassar/June 18th, 2013] Para pembaca yang budiman, kali ini kami akan melakukan wawancara sebagai bentuk usaha dalam meluruskan pemahaman tentang siapa itu “Wahabi”. Artikel ini lahir saat kami usai membaca sebuah artikel dalam bentuk wawancara yang di dalamnya sebagai pembicara yang diwawancarai adalah Habib Ali Hasan Bahar, mantan Ketua Habaib DKI Jakarta, kepada Moh Anshari dari Indonesia Monitor.[1] Dia juga merupakan alumunus Universitas Kerajaan Yordania yang kini aktif di Islamic Centre Kwitang dan UIN Jakarta.

Wawancara dengan Sang Habib berkisar seputar keresahannya terhadap munculnya Dakwah Wahabi (yakni, Ahlus Sunnah). Semua hasil wawancara itu dibangun di atas sangkaan tanpa bukti yang jelas. Padahal Allah -Azza wa Jalla- berfirman,


    يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ  [الحجرات/12

    “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan (meng-ghiba) satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang”. (QS. Al-Hujurat : 12)

Di dalam wawancara itu terdapat banyak kerancuan, sebab semua jawaban dalam wawancara sang Habib hanya dibangun di atas buruk sangka, benci dan tanpa bukti yang akurat. Dia hanya membangun sebuah opini buruk tentang Wahabi dengan membangun sebuah kerangka berpikir yang salah. Sang Habib hanya menghubungkan suatu asumsi dengan asumsi lain, lalu mengeluarkan sebuah kesimpulan yang masih mungkin diperdebatkan, karena tak memiliki data autentik dan menyelisihi realita.

Para pembaca yang budiman, kerancuan dan buruk sangka itu harus kita hapus dengan ilmu dan kebenaran. Oleh karena itu, kali ini kami mengajak anda untuk mendengarkan hasil perbincangan dan wawancara dengan seorang Alumni Islamic University of Madinah, Saudi Arabiah, yaitu Al-Ustadz Abul Fadhilah Al-Makassariy yang sekarang menjadi Pengasuh Pondok Pesantren Al-Ihsan, Gowa, Sulsel.

Sengaja kami melakukan wawancara dengan Al-Ustadz Abul Fadhilah Al-Makassariy, karena beliau adalah orang yang pernah disana selama lima tahun, tentunya lebih paham dengan kondisi disana dibandingkan dengan Sang Habib. Berikut ini wawancara dengan beliau :

Reporter Al-Ihsan (RI): Apa sih sebenarnya Dakwah Wahabi?

Abul Fadhilah (AF) : Dakwah Wahabi adalah dakwah Ahlus Sunnah wal Jama’ah. Sebab, Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab -rahimahullah- berjalan di atas manhaj dan aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah. Hal ini dapat dilihat dalam kitab-kitab yang beliau tulis, semisal: Al-Ushul Ats-Tsalatsah, Kitabut Tauhid, Al-Qowa’id Al-Arba’, Al-Ushul As-Sittah, Masa’il Al-Jahiliyyah, Ushul Al-Iman, dan lainnya. Semua kitab-kitab ini dan lainnya diantara karya tulis beliau merupakan bukti autentik tentang aqidah dan manhaj beliau yang lurus dalam beragama.

Kemunculan dakwah beliau di Jazirah Arab dimaksudkan untuk membersihkan akidah dari perilaku-perilaku syirik sebagaimana dahulu para nabi dan rasul berdakwah [2]. Oleh karena itu, amat mengherankan jika ada yang membenci dakwah para nabi yang diemban berikutnya oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab.

RI : Lantas kenapa dakwah Ahlus Sunnah wal Jama’ah di Jazirah Arab disebut “Wahabi”? Kepada siapakah nisbah itu?

AF : Dakwah Ahlus Sunnah dahulu tak dikenal dengan “Dakwah Wahabi”. Sebutan Wahabi hanyalah muncul dari kalangan musuh-musuh beliau, seperti penjajah Inggris, kaum sufi, ahli kalam (Asy’ariyyah dan Maturidiyyah). Sebutan itu menurut mereka dinisbahkan kepada Muhammad bin Abdul Wahhab. Yakni, penisbahannya pada kata kedua, yang merupakan sebuah nama diantara nama-nama Allah -Azza wa Jalla-. Ini asal penisbahannya.

RI : Apakah gelar Wahabi ini mereka pakai dan sukai?

AF: Setahu kami gelar Wahabi ini tak pernah mereka pakai dan sebarkan. Yang menyematkan dan menyebarkan istilah itu adalah para penjajah Inggris dan musuh-musuh dakwah Ahlus Sunnah yang lainnya di zaman itu, sebagaimana yang telah kami sebutkan tadi.


***


[1] Sumber : Indonesia Monitor, Edisi 61 Tahun II/26 Agustus – 1 September 2009


[2] Ini juga diakui oleh Sang Habib.
 

***

Dari wawancara Redaksi al-Ihsan dengan Al-Ustadz Abul Fadhilah Al-Makassariy

http://pesantren-alihsan.org/meluruskan-wawancara-habib-ali-hasan-bahar-seputar-isu-wahabi.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih telah membaca artikel kami. Besar harapan kami untuk bisa membaca komentar para pengunjung. Dan berkomentar lah dengan nama (jangan anonim), dan jika berkenan isikan email/website anda supaya saya bisa mengunjungi balik anda semua. terima kasih.