Halaman

Kitab Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab

Jumat, 27 April 2012

Dalaailu at-Tauhid bagian 6: Pertanyaan ke-41 s/d 50


Pertanyaan 41: Apakah hal yang wajib atasku apabila Allah memerintahkanku dengan suatu perintah?
Jawab: Wajib atasmu 7 hal:
  1. Mengilmuinya (yakni tentang yang wajib tersebut)
  2. Mencintainya
  3. Bertekad untuk mengamalkannya
  4. Beramal nyata dengannya
  5. Perkara tersebut dikerjakan berdasar syariat secara ikhlas dan benar
  6. Memperingatkan bagi yang beramal terhadap hal-hal yang bisa menggugurkan amalannya
  7. Berusaha untuk tetap/kokoh dalam beramal
-------

Pertanyaan 42: Apabila seseorang telah mengetahui bahwa Allah memerintahkan untuk bertauhid dan melarang dari kesyirikan, maka apakah penjelasan yang cocok untuknya (tentang ketujuh hal ini) ?
Jawab:
Pertama: Mayoritas manusia mengetahui bahwa tauhid itu adalah kebenaran dan bahwa syirik adalah kebatilan. Namun dia berpaling dari hal ini tanpa bertanya. Ia mengerti bahwa Allah mengharamkan riba’ namun iapun berjualan dan membeli (dengan riba) tanpa bertanya. Dia juga mengerti bahwa Allah mengharamkan untuk memakan harta anak yatim dan membolehkan menggunakan dengan cara yang baik, namun ia pakai juga harta tersebut tanpa bertanya apa-apa lagi.
Kedua: Mencintai apa yang Allah turunkan dan mengingkari orang yang membencinya karena kebanyakan orang tidak mencintai Rasulullah bahkan membenci beliau dan membenci apa yang beliau bawa meski mereka mengerti bahwa Allah yang menurunkannya.
Ketiga: Bertekad untuk mengerjakannya. Mayoritas manusia mengerti dan mencintai perintah Allah ini, namun mereka tidak bertekad dengan sungguh-sungguh untuk mengamalkannya karena takut harta dunianya terkurangi.
Keempat: Mengamalkannya. Mayoritas orang apabila memiliki tekad dan bahkan mengamalkannya, kemudian karena ingin mengagungkan orang-orang yang dianggap penting (terhormat), lantas dia tinggalkan amalan tersebut.
Kelima: Bahwa kebanyakan amal tidak diiringi dengan keikhlasan. Kalaupun ikhlas, ternyata amalan tersebut dalam pelaksanaannya tidak benar (tata caranya tidak selaras dengan tuntunan Rasulullah Shallallalahu alaihi wa sallam, ed)
Keenam: Orang-orang shalih takut amalannya gugur, karena firman Allah:
[teks arab]
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu meninggikan suaramu melebihi suara Nabi, dan janganlah kamu berkata kepadanya dengan suara yang keras, sebagaimana kerasnya suara sebagian kamu terhadap sebagian yang lain, supaya tidak hapus (pahala) amalanmu, sedangkan kamu tidak menyadari.”(Al-Hujuraat: 2)
Dan hal ini sangat sedikit dijumpai di jaman kita.
Ketujuh: Berpegang teguh, dan kokoh di atas kebenaran, dan takut terhadap akhir kehidupan yang buruk (Su’ul khatimah) dan ini juga merupakan salah satu ketakutan terbesar orang-orang shalih.
--------------
Pertanyaan 43: Apa makna kafir dan apa saja macam-macamnya?
Jawab: Kekafiran ada dua jenis:
Kekafiran yang mengeluarkan pelakunya dari millah (agama) dan jenis ini ada lima macam:
Pertama, Kufru at-Takdzib (kafir (karena) kedustaan) Allah Ta’ala berfirman:
[teksa arab]
Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang-orang yang mengada-adakan kedustaan terhadap Allah atau mendustakan yang hak tatkala yang hak itu datang kepadanya? Bukankah dalam neraka Jahannam itu ada tempat bagi orang-orang yang kafir?” (Al-Ankabut: 68)
Kedua: Kufru al-Istikbar wa al-Iba’I ma’a at-Tashdiq (kufur kesombongan dan keangkuhan tapi dia membenarkan)
Firman Allah Ta’ala:
[teks arab]
Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam," maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir.” (Al-Baqarah: 34)
Ketiga: Kufru asy-syakk (kafir ragu-ragu, yaitu kafir yang didasari prasangka). Firman Allah Ta’ala:
[teksarab]
“Dan dia memasuki kebunnya sedang dia zalim terhadap dirinya sendiri; ia berkata: ‘Aku kira kebun ini tidak akan binasa selama-lamanya, dan aku tidak mengira hari kiamat itu akan dating dan jika sekiranya aku kembalikan kepada Tuhanku, pasti aku akan mendapat tempat kembali yang lebih baik dari pada kebun-kebun itu’. Kawannya (yang mukmin) berkata kepadanya - sedang dia bercakap-cakap dengannya: ‘Apakah kamu kafir kepada (Tuhan) yang menciptakan kamu dari tanah, kemudian dari setetes air mani, lalu Dia menjadikan kamu seorang laki-laki yang sempurna?’”(Al-Kahfi: 35-37)
Keempat: Kufru al-‘iraadh (kafir karena berpaling). Dalilnya adalah firman Allah:
[teks arab]
Dan orang-orang yang kafir berpaling dari apa yang diperingatkan kepada mereka”(Al-Ahqaf: 3)
Kelima: Kufru an-nifaq (kafir karena kemunafikan), dan dalilnya adalah firman Allah Ta’ala:
[teks arab]
Yang demikian itu adalah karena bahwa sesungguhnya mereka telah beriman, kemudian menjadi kafir (lagi) lalu hati mereka dikunci mati; karena itu mereka tidak dapat mengerti. (Al-Munafiqun: 3)
Kufrun asghar (kekafiran kecil yang tidak mengeluarkan dari millah (agama) yaitu kufur nikmat. Dalilnya adalah firman Allah Ta’ala:
[teks arab]
Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tenteram, rizkinya datang kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi (penduduk)nya mengingkari nikmat-nikmat Allah; karena itu Allah merasakan kepada mereka pakaian kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang selalu mereka perbuat.” (an-Nahl: 112)
Dan firman Allah Ta’ala:
[teks arab]
Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah).” (Ibrahim: 34)
-----------
Pertanyaan 44: Apa makna syirik dan apa saja jenisnya?
Jawab: Ketahuilah bahwa tauhid itu lawannya syirik. Dan syirik itu ada tiga jenis, yaitu syirik akbar (besar), syirik asghar (kecil) dan syirik khafy (tersembunyi).
Pertama, Syirik akbar ada empat macam:
Syirku ad-Da’wah (syirik do’a), firman Allah Ta’ala:
[teks arab]
Maka apabila mereka naik kapal mereka mendoa kepada Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya; maka tatkala Allah menyelamatkan mereka sampai ke darat, tiba-tiba mereka (kembali) mempersekutukan (Allah)” (al-Ankabut: 65)
Syirku an-Niyyah (syirik niat-kemauan dan tujuan-), firman Allah Ta’ala:
[teks arab]
Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan.”(Huud: 15-16)
Syirku at-Tha’ah (syirik ketaatan), firman Allah Ta’ala:
[teks arab]
Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai Tuhan selain Allah dan (juga mereka mempertuhankan) Al Masih putera Maryam, padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan yang Esa, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha suci Allah dari apa yang mereka persekutukan” (At-Taubah: 31)
Syirik al-Mahabbah (syirik kecintaan), firman Allah Ta’ala:
[teks arab]
Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal).” (Al-Baqarah: 165)
Jenis yang kedua, yaitu syirik asghar, yaitu riya’ (beramal karena ingindiketahui orang lain). Firman Allah Ta’ala:
[teks arab]
“…Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Rabb-nya." (Al-Kahfi: 110)
Jenis yang ketiga, syirik khafy dalilnya adalah hadits Rasulullah:
[teks arab]
“Kesyirikan pada umat ini lebih tersembunyi daripada semut yang merayap, di atas batu cadas berwarna hitam di tengah kegelapan malam.”
----------
Pertanyaan 45: Apa bedanya antara Qadha’ dan Qadar ?
Jawab: Al Qadar berasal dari mashdar qadara, kemudian digunakan sebagai istilah takdir yang memiliki makna perincian dan penjelasan. Istilah qadar digunakan juga berdasar keumuman dalam masalah taqdir (ketetapan) Allah bagi sesuatu yang terjadi sebelum terjadinya.
Adapun istilah qadha’ digunakan dalam hukum suatu kejadian, dengan menetapkan taqdir-taqdirnya dan apa –apa yang telah dituliskan dalam Kutubul Ula (Lauhu al-Mahfuzh). Istilah Qadha’ dimutlakkan pula pada qadar dalam pengertian at-tafshiil (perincian) dan at-tamyiz (pemilahan).
Qadar dumutlakkan untuk qadha’, karena qadha’ merupakan hukum kejadian dengan peristiwa-peristiwa yang telah ditentukan kadarnya.
Istilah qadha’ digunakan pula untuk menunjukkan ketetapan/putusan hukum agama yang disyariatkan. Firman Allah Ta’ala:
[teks arab]
“…kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.” (An-Nisaa’: 65)
Qadha’ juga bermakna tuntas dan selesainya sesuatu. Firman Allah Ta’ala:
[teks arab]
Apabila telah ditunaikan shalat…” (Al-Jumu’ah:10)
Qadha’ juga bermakna maklumat (penetapan) suatu kebaikan. Firman Allah Ta’ala:
[teks arab]
Dan telah Kami tetapkan terhadap Bani Israil…” (Al-Israa’ 4)
Qadha’ diberlakukan untuk menyatakan kematian seseorang, seperti ucapan orang arab: “Qadhaa Fulaan”, yakni: Fulan telah mati. Firman Allah Ta’ala:
[teks arab]
Mereka berseru: "Hai Malik , mintakanlah kepada Rabbmu agar membunuh kami saja” (Az-Zukhruf: 77)
Qadha’ terkadang bermakna adanya siksa (adzab). Firman Allah Ta’ala:
[teks arab]
“Dan adzab tersebut telah ditetapkan” (Al-Baqarah: 210)



Qadha’ diberlakukan untuk kokohnya sesuatu dan kesempurnaannya. Firman Allah Ta’ala:
[teks arab]
Dan janganlah kamu tergesa-gesa membaca Al qur'an sebelum disempurnakan mewahyukannya kepadamu…”(Thaahaa: 114)
Qadha’ diberlakukan untuk menetapkan hukum. Firman Allah Ta’ala: 
[teks arab]
…Dan diberi keputusan di antara mereka dengan adil…”((Az-Zumar: 69)
Qadha’ diberlakukan untuk penciptaan, Firman Allah Ta’ala,
[teks arab]
“Maka Dia menjadikannya tujuh langit…” (Fushilaat: 12)
Qadha’ diberlakukan untuk penetapan. Firman Allah Ta’ala:
[teks arab]
“Dan yang demikian itu adalah sesuatu yang telah ditetapkan” (Maryam: 21)
Qadha’ diberlakukan untuk perintah agama, Firman Allah ta’ala:
[teks arab]
“Dia telah memerintahkan agar kamu tidak menyembah selain Dia.” (Yusuf :40) [1]
Qadha’ digunakan sebagai istilah mendapatkan yang diinginkan, seperti Qadhaitu wathary (aku telah mendapatkan keinginanku)
Qadha’ digunakan sebagai istilah untuk memaksa dua peseteru secara hukum.
Qadha’ diberlakukan dengan makna menunaikan. firman Allah Ta’ala:
[teks arab]
“Maka apabila kalian telah menunaikan manasik (ibadah haji) kalian..” Al-Baqarah: 200)
Kesimpulannya, qadha’ merupakan mashdar, ditetapkan pada perkara-perkara wajib dan yang menunjukkan pada hal tersebut. Adapun al-Iqtidha’ adalah pengetahuan tentang bagaimana menyusun suatu sighat (bentukan). Mereka mengatakan, “Jangan terlalu mengaguminya.” Disebutkan oleh Al-Ashma’i: “Tersisa dan tidak selesai.”
-------------
Pertanyaan 46: Apakah taqdir yang baik dan buruk seluruhnya dari Allah ataukah tidak?
Jawab:
Taqdir secara umum mencakup baik dan buruk. Dari Ali Radhiyallahu ‘anhu dia mengatakan:
[teks arab]
“Pada suatu hari kami mengantar jenazah di tanah lapang al-Gharqad. Maka Rasulullah shlallallahu alaihi wasallam datang kemudian duduk, dan kamipun turut duduk disekitar beliau. Beliau membawa tongkat pendek. Beliau menundukkan kepalanya, kemudian menghentakkan tongkatnya ke tanah. Beliau bersabda: “Tidak ada seorang pun dari kalian dan tidak satu jiwa pun kecuali telah ditetapkan tempat baginya oleh Allah di surga ataukah di neraka.Tidak ada seorangpun kecuali ia telah ditetapkan celaka atau bahagia.”
Maka seorang laki-laki berkata: “Mengapa kita tidak pasrah saja pada ketetapan tersebut dan meninggalkan amalan?” Beliau menjawab: “Barangsiapa yang tergolong orang yang bahagia, dia akan dimudahkan untuk beramal dengan amalannya orang yang bahagia. Dan barangsiapa termasuk orang yang celaka, maka ia akan dimudahkan untuk beramal dengan amalannya orang yang celaka.” Kemudian beliau membaca firman Allah,
[Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa, dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (syurga), maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah. Dan adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup (tidak butuh pertolongan), serta mendustakan pahala terbaik maka kelak Kami akan menyiapkan baginya (jalan) yang sukar. (al-Lail: 5-10) ]
Juga dalam hadits lain,
[teks arab]
“Beramallah kalian! Karena setiap orang dimudahkan. Adapun orang-orang yang celaka, mereka dimudahkan dengan amalan orang yang celaka. Dan adapun orang yang bahagia, mereka dimudahkan untuk beramal dengan amalannya orang yang bahagia. Kemudian beliau membaca dua ayat:
[Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa, dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (syurga) (al-Lail: 5-6)] [2]
------------
Pertanyaan 47: Apa makna Laa ilaaha illallah?
Jawab: Maknanya adalah : Tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah. Dalilnya adalah firman Allah Ta’ala:
[teks arab]
“Dan Rabbmu telah memerintahkan supaya kamu jangan beribadah kecuali hanya kepada-Nya.” (Al-Israa’:23)
Firman Allah : [… allaa ta’budu…] terkandung di dalamnya makna Laa ilaaha (tidak ada sesembahan yang berhak disembah). Sedangkan firman Allah [Illa iyyah] di dalamnya terkandung makna Illallah (kecuali Allah)
-----------
Pertanyaan 48: Tauhid jenis apakah yang diperintahkan Allah azza wa jalla kepada hamba-hambanya sebelum perintah sholat dan puasa?
Jawab: Yaitu Tauhid Ibadah, sehingga engkau tidak beribadah kecuali hanya kepada Allah semata yang tiada sekutu bagi-Nya. Jangan berdo’a pada Nabi maupun yang selain beliau. Sebagaimana firman Allah Ta’ala:
[teks arab]
“ Dan sesungguhnya masjid-masjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu menyembah seorangpun di dalamnya di samping (menyembah) Allah” Al-Jin: 18)
------------
Pertanyaan 49: Manakah yang lebih baik, hamba yang miskin yang bersabar ataukah hamba kaya yang bersyukur?
Jawab: Adapun tentang si miskin dan si kaya, maupun yang penyabar dan bersyukur, keduanya adalah mukmin yang paling utama. Adapun yang lebih afdhal (paling utama) diantara keduanya adalah yang paling bertakwa. Sebagaimana firman Allah Ta’ala:
[teks arab]
“Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa diantara kamu.” (Al-Hujurat: 13)
Adapun batasan sabar dan syukur, yang masyhur di kalangan para ulama’, bahwa sabar itu berarti tidak berputus asa dan syukur itu engkau mentaati Allah dengan nikmat yang telah Allah berikan kepadamu.
------------
Pertanyaan 50: Apakah yang anda wasiatkan untuk saya?
Jawab: Aku nasihatkan dan aku anjurkan agar kamu memahami ilmu Tauhid, dan mempelajari kitab-kitab tentang tauhid. Dengan itu kamu akan mendapatkan kejelasan dalam memahami hakikat tauhid yang karena hal itu Allah mengutus rasul-rasul-Nya. Juga kamu akan dapati pula kejelasan hakikat syirik yang Allah dan Rasul-NYa haramkan. Rasulullah juga telah mengabarkan bahwa Allah tidak mengampuni dosa syirik. Bahkan surga diharamkan bagi para pelaku kesyiirkan. Orang-orang yang mengerjakan amalan kesyirikan maka gugur amalan mereka. Yang terpenting adalah megenal hakikat tauhid yang dengannya Allah utus Rasul-Nya dan menjadi pemisah antara seorang msulim dengan kesyirikan dan pelakunya.
---------


[1] Dikeluarkan oleh Abu Nu’aim dalam al-Hilyah (3/114) dari hadits Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhumaa dan telah dishahihkan oleh Syaikh al-Albani dalam Shahih al-Jaami’(3730)
[2] Riwayat al-Bukhary (1362) dan Muslim (2674) dari hadits’Ali Radhiyallahu anhu.



س41 - ما الذي يجب علي إذا أمرني الله بأمر؟
ج41: وجب عليك سبع مراتب:
الأولى: العلم به، الثانية: محبته، الثالثة: العزم على الفعل، الرابعة: العمل، الخامسة: كونه يقع على المشروع خالصاً صواباً، السادسة: التحذير من فعل ما يحبطه، السابعة: الثبات عليه.
س42 - إذا عرف الإنسان أن الله أمر بالتوحيد ونهى عن الشرك هل تنطبق هذه المراتب عليه؟
ج42: المرتبه الأولى: أكثر الناس علم أن التوحيد حق، والشرك باطل، ولكن أعرض عنه ولم يسأل ! وعرف أن الله حرم الربى وباع واشترى ولم يسأل ! وعرف تحريم أكل مال اليتيم وجواز الأكل بالمعروف، ويتولى مال اليتيم ولم يسأل !
المرتبه الثانيه: محبة ما أنزل الله وكفر من كرهه، فأكثر الناس لم يحب الرسول بل أبغضه وأبغض ما جاء به، ولو عرف أن الله أنزله.
المرتبه الثالثة: العزم على الفعل، وكثير من الناس عرف وأحب ولكن لم يعزم خوفاً من تغير دنياه.
المرتبه الرابعة: العمل وكثير من الناس إذا عزم أو عمل وتبين عليه من يعظمه من شيوخ أو غيرهم ترك العمل.
المرتبه الخامسه: أن كثيراً ممن عمل لا يقع خالصاً فإن وقع خالصاً لم يقع صواباً.
المرتبة السادسة: أن الصالحين يخافون من حبوط العمل لقوله تعالى: أَن تَحْبَطَ أَعْمَالُكُمْ وَأَنتُمْ لَا تَشْعُرُونَ [الحجرات:2] وهذا من أقل الأشياء في زماننا.
المرتبه السابعة: الثبات على الحق والخوف من سوء الخاتمة وهذا أيضاً من أعظم ما يخاف منه الصالحون.
س43 - ما معني الكفر وأنواعة؟
ج43: الكفر كفران:
1- كفر يخرج صاحبه عن المله وهو خمسة أنواع:
الأول: كفر التكذيب، قال تعالى: وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَى عَلَى اللّهِ كَذِباً أَوْ كَذَّبَ بِآيَاتِهِ إِنَّهُ لاَ يُفْلِحُ الظَّالِمُونَ [الأنعام:21].
الثاني: كفر الإستكبار والإباء مع التصديق. قال تعالى: وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلاَئِكَةِ اسْجُدُواْ لآدَمَ فَسَجَدُواْ إِلاَّ إِبْلِيسَ أَبَى وَاسْتَكْبَرَ وَكَانَ مِنَ الْكَافِرِينَ [البقرة:34].
الثالث: كفر الشك، وهو كفر الظن قال تعالى: وَدَخَلَ جَنَّتَهُ وَهُوَ ظَالِمٌ لِّنَفْسِهِ قَالَ مَا أَظُنُّ أَن تَبِيدَ هَذِهِ أَبَداً (35) وَمَا أَظُنُّ السَّاعَةَ قَائِمَةً وَلَئِن رُّدِدتُّ إِلَى رَبِّي لَأَجِدَنَّ خَيْراً مِّنْهَا مُنقَلَباً (36) قَالَ لَهُ صَاحِبُهُ وَهُوَ يُحَاوِرُهُ أَكَفَرْتَ بِالَّذِي خَلَقَكَ مِن تُرَابٍ ثُمَّ مِن نُّطْفَةٍ ثُمَّ سَوَّاكَ رَجُلاً [الكهف:35-37].
الرابع: كفر الإعراض والدليل عليه قوله تعالى: وَالَّذِينَ كَفَرُوا عَمَّا أُنذِرُوا مُعْرِضُونَ [الأحقاف:3].
الخامس: كفر النفاق ودليله قوله تعالى: ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ آمَنُوا ثُمَّ كَفَرُوا فَطُبِعَ عَلَى قُلُوبِهِمْ فَهُمْ لَا يَفْقَهُونَ [المنافقون:3].
2- كفر أصغر لا يخرج عن الملة، وهو كفر النعمة، والدليل عليه قوله تعالى: وَضَرَبَ اللّهُ مَثَلاً قَرْيَةً كَانَتْ آمِنَةً مُّطْمَئِنَّةً يَأْتِيهَا رِزْقُهَا رَغَداً مِّن كُلِّ مَكَانٍ فَكَفَرَتْ بِأَنْعُمِ اللّهِ فَأَذَاقَهَا اللّهُ لِبَاسَ الْجُوعِ وَالْخَوْفِ بِمَا كَانُواْ يَصْنَعُونَ [النحل:112] وقوله: إِنَّ الإِنسَانَ لَظَلُومٌ كَفَّارٌ [إبراهيم:34].
س44 - ما هو الشرك وما أنواع الشرك؟
ج44: اعلم أن التوحيد ضد الشرك.
والشرك ثلاث أنواع: شرك أكبر، وشرك أصغر، وشرك خفي.
النوع الأول: الشرك الأكبر وهو أربعة أنواع:
الأول: شرك الدعوة، قال تعالى: فَإِذَا رَكِبُوا فِي الْفُلْكِ دَعَوُا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ فَلَمَّا نَجَّاهُمْ إِلَى الْبَرِّ إِذَا هُمْ يُشْرِكُونَ [العنكبوت:65].
الثاني: شرك النية، الإرادة والقصد، قال تعالى: مَن كَانَ يُرِيدُ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا وَزِينَتَهَا نُوَفِّ إِلَيْهِمْ أَعْمَالَهُمْ فِيهَا وَهُمْ فِيهَا لاَ يُبْخَسُونَ (15) أُوْلَـئِكَ الَّذِينَ لَيْسَ لَهُمْ فِي الآخِرَةِ إِلاَّ النَّارُ وَحَبِطَ مَا صَنَعُواْ فِيهَا وَبَاطِلٌ مَّا كَانُواْ يَعْمَلُونَ [هود:16،15].
الثالث: شرك الطاعة، قال تعالى: اتَّخَذُواْ أَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَانَهُمْ أَرْبَاباً مِّن دُونِ اللّهِ وَالْمَسِيحَ ابْنَ مَرْيَمَ وَمَا أُمِرُواْ إِلاَّ لِيَعْبُدُواْ إِلَـهاً وَاحِداً لاَّ إِلَـهَ إِلاَّ هُوَ سُبْحَانَهُ عَمَّا يُشْرِكُونَ [التوبة:31].
الرابع: شرك المحبه، قال تعالى وَمِنَ النَّاسِ مَن يَتَّخِذُ مِن دُونِ اللّهِ أَندَاداً يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ اللّهِ وَالَّذِينَ آمَنُواْ أَشَدُّ حُبّاً لِّلّهِ وَلَوْ يَرَى الَّذِينَ ظَلَمُواْ إِذْ يَرَوْنَ الْعَذَابَ أَنَّ الْقُوَّةَ لِلّهِ جَمِيعاً وَأَنَّ اللّهَ شَدِيدُ الْعَذَابِ [البقرة:165].
النوع الثاني: شرك أصغر و هو الرياء، قال تعالى فَمَن كَانَ يَرْجُو لِقَاء رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلاً صَالِحاً وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَداً [الكهف:110].
النوع الثالث: شرك خفي، و دليله قوله : { الشرك في هذه الأمة أخفى من دبيب النمل على الصفاة السوداء في ظلمة الليل }.
س45 - ما الفرق بين القدر والقضاء؟
ج45: القدر في الأصل مصدر قدر، ثم استعمل في التقدير الذي هو التفصيل والتبيين، واستعمل أيضاً بعد الغلبة في تقدير الله للكائنات قبل حدوثها.
وأما القضاء: فقد استعمل في الحكم الكوني، بجريان الأقدار وما كتب في الكتب الأولى وقد يطلق هذا على القدر الذي هو التفصيل والتميز.
ويطلق القدر أيضاً على القضاء الذي هو الحكم الكوني بوقوع المقدرات.
ويطلق القضاء على الحكم الديني الشرعي، قال الله تعالى: ثُمَّ لاَ يَجِدُواْ فِي أَنفُسِهِمْ حَرَجاً مِّمَّا قَضَيْتَ [النساء:65] ويطلق القضاء على الفراغ والتمام، كقوله تعالى: فَإِذَا قُضِيَتِ الصَّلَاةُ [الجمعة:10] ويطلق على نفس الفعل، قال تعالى: فَاقْضِ مَا أَنتَ قَاضٍ [طه:72].
ويطلق على الإعلان والتقدم بالخبر، قال تعالى: وَنَادَوْا يَا مَالِكُ لِيَقْضِ عَلَيْنَا [الزخرف:77] ويطلق على وجود العذاب، قال تعالى: وَقُضِيَ الأَمْرُ [هود:44].
ويطلق على التمكن من الشيء وتمامه، كقوله: وَلَا تَعْجَلْ بِالْقُرْآنِ مِن قَبْلِ أَن يُقْضَى إِلَيْكَ وَحْيُهُ [طه:114] ويطللق على الفصل والحكم، كقوله تعالى: وَقُضِيَ بَيْنَهُم بِالْحَقِّ [الزمر:75] ويطلق على الخلق كقوله تعالى: فَقَضَاهُنَّ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ [فصلت:12].
ويطلق على الحتم، كقوله تعالى: وَكَانَ أَمْراً مَّقْضِيّاً [مريم:21] ويطلق على الأمر الديني، كقوله تعالى: أَمَرَ أَلاَّ تَعْبُدُواْ إِلاَّ إِيَّاهُ [يوسف:40] ويطلق على بلوغ الحاجه، ومنه: قضيت وطري، ويطلق على إلزام الخصمين بالحكم، ويطلق بمعنى الأداء، كقوله تعالى: فَإِذَا قَضَيْتُم مَّنَاسِكَكُمْ [البقرة:200].
والقضاء في الكل: مصدر، واقتضى الأمر الوجوب، ودل عليه، والإقتضاء هو: العلم بكيفية نظم الصيغة، وقولهم: لا أقضي منه العجب، قال الأصمعي: يبقى ولا ينقضي.
س46 - هل القدر في الخير والشر على العموم جميعاً من الله أم لا؟
ج46: القدر في الخير والشر على العموم، فعن علي قال: كنا في جنازة في بقيع الغرقد، فأتى الرسول صلى الله علية وسلم فقعد فقعدنا حوله، ومعه مخصرة، فنكس فجعل ينكت بمخصرته، ثم قال: { ما منكم من احد، ما من نفس منفوسه إلا وقد كتب الله مكانها في الجنة والنار، وإلا قد كتبت شقية أو سعيدة } قال: فقال رجل: أفلا نمكث على كتابنا وندع العمل؟ فقال: { من كان من أهل االسعادة فسيصير إلى عمل أهل االسعادة، ومن كان من أهل الشقاوة فسيصير إلى عمل أهل الشقاوة } ثم قرأ: فَأَمَّا مَن أَعْطَى وَاتَّقَى (5) وَصَدَّقَ بِالْحُسْنَى (6) فَسَنُيَسِّرُهُ لِلْيُسْرَى (7) وَأَمَّا مَن بَخِلَ وَاسْتَغْنَى (8) وَكَذَّبَ بِالْحُسْنَى (9) فَسَنُيَسِّرُهُ لِلْعُسْرَى [الليل:5-10].
وفي الحديث: { واعملوا فكل ميسر، أما أهل الشقاوة فييسرون لعمل أهل الشقاوة، وأما أهل السعادة فييسرون لعمل أهل السعادة } ثم قرأ فَأَمَّا مَن أَعْطَى وَاتَّقَى (5) وَصَدَّقَ بِالْحُسْنَى (6) فَسَنُيَسِّرُهُ لِلْيُسْرَى (7) وَأَمَّا مَن بَخِلَ وَاسْتَغْنَى (8) وَكَذَّبَ بِالْحُسْنَى (9) فَسَنُيَسِّرُهُ لِلْعُسْرَى [الليل:5-10].
س47 - ما معنى لا إله إلا الله؟
ج47: معناها لا معبود بحق إلا الله، والدليل قوله تعالى: وَقَضَى رَبُّكَ أَلاَّ تَعْبُدُواْ إِلاَّ إِيَّاهُ [الإسراء:23] فقوله أَلاَّ تَعْبُدُواْ فيه معنى لا إله، وقوله إِلاَّ إِيَّاهُ فيه معنى إلا الله.
س48 - ما هو التوحيد الذي فرضه الله على عباده قبل الصلاة والصوم؟
ج48: هو توحيد العبادة، فلا تدعو إلا الله وحده لا شريك له، لا تدعوا النبي ولا غيره، كما قال تعالى: وَأَنَّ الْمَسَاجِدَ لِلَّهِ فَلَا تَدْعُوا مَعَ اللَّهِ أَحَداً [الجن:18].
س49 - أيهما أفضل: الفقير الصابر أم الغني الشاكر؟ وما هو حد الصبر وحد الشكر؟
ج49: أما مسألة الغنى والفقر، فالصابر والشاكر كل منهما من أفضل المؤمنين، وأفضلهما أتقاهما كما قال تعالى: إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ [الحجرات:13].
وأما حد الصبر وحد الشكر: المشهور بين العلماء أن الصبر عدم الجزع، والشكر أن تطيع الله بنعمته التي أعطاك.
س50 - ما الذي توصيني به؟
ج50: الذي أوصيك به وأحضك عليه: التفقه في التوحيد، ومطالعة كتب التوحيد فإنها تبين لك حقيقة التوحيد الذي بعث الله به رسوله، وحقيقة الشرك الذي حرمه الله ورسوله، وأخبر أنه لا يغفره، وأن الجنة على فاعله حرام، وأن من فعله حبط عمله.
والشأن كل الشأن في معرفة حقيقة التوحيد الذي بعث الله به رسوله، وبه يكون الرجل مسلماً مفارقاً للشرك وأهله.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih telah membaca artikel kami. Besar harapan kami untuk bisa membaca komentar para pengunjung. Dan berkomentar lah dengan nama (jangan anonim), dan jika berkenan isikan email/website anda supaya saya bisa mengunjungi balik anda semua. terima kasih.