Halaman

Kitab Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab

Rabu, 06 Februari 2019

Wahabi Memusuhi Ahlul Bait ?

Wahabiyah Tidak Memusuhi Ahlulbait,
Tetapi Dakwah yang Mengikuti Manhaj Salaf Saleh

Pertanyaan: Apakah benar bahwa Wahabiyah memusuhi Ahlulbait dan menghina Rasulullah? Apa hakikat dakwah Wahabiyah dan mengapa dia dimusuhi sekeji itu?

Jawaban: Wahabiyah dinisbatkan kepada Syekh Imam Muhammad bin Abdul Wahab rahimahullah yang wafat pada tahun 1206 H. Dialah yang melakukan dakwah kepada Allah Subhanahu wa Ta`ala di Najed, menjelaskan kepada manusia hakikat tauhid dan syirik, dan berdakwah kepada manusia agar menauhidkan Allah, mengesakan-Nya dalam beribadah, dan tidak tergantung kepada orang yang sudah meninggal yang mereka namakan dengan para wali, berdoa kepada para wali di samping Allah, beristigasah, memohon perlindungan, dan bernazar kepada mereka. Demikian pula kepada orang yang bergantung kepada jin, pepohonan atau bebatuan. Dia dan para ulama yang mengikutinya juga menjelaskan kepada manusia bahwa perbuatan tersebut adalah syirik besar. 

Dakwah ini terjadi pada pertengahan abad kedua belas Hijriyah sampai ia wafat pada tahun 1206 H. Ia dan dakwahnya dibantu oleh Imam Muhammad bin Saud rahimahullah, yaitu kakek dari keluarga kerajaan dari Alu Su`udsekarang. Setiap orang yang mengetahui petunjuk (Al-Qur'an) dan agama yang benar sebagaimana yang dibawa oleh Nabi Shallallahu `Alaihi wa Sallam mendukung dan menjalankan dakwah tersebut. 

Dakwahnya rahimahullah pun berkembang pesat di Najed dan di negara sekitarnya dan mendapat dukungan dari para ulama ahlussunnah diNajed, Hijaz, Yaman, Mesir, Syam (Suriah), Irak, India, dan negara-negara lain. Hakikat Wahabiyah adalah sebuah gerakan dakwah yang mengajak kepada ajaran Islam yang dibawa Nabi Muhammad Shallallahu `Alaihi wa Sallam, seperti menauhidkan Allah, mengikhlaskan ibadah kepada-Nya, dan merealisasikan makna syahadat bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, yaitu dengan mengikhlaskan ibadah kepada Allah dan mengikuti sunah Rasulullah Shallallahu `Alaihi wa Sallam serta tidak menyembah orang yang sudah meninggal dan para wali, seperti berdoa, beristigasah, menyembelih, dan bernazar kepada selain Allah. 

Dakwah Wahabiyah ditentang dan diingkari oleh orang-orang bodoh yang tidak mengetahui petunjuk (Al-Qur'an) dan agama yang benar yang dibawa Rasulullah Shallallahu `Alaihi wa Sallam atau orang yang memublikasikan dakwah tersebut secara tidak objektif karena kebodohan atau sengaja berbohong. Syekh Muhammad rahimahullah dan para pengikutnya yang mendukung dakwanya mencintaiahlulbait Rasulullah Shallallahu `Alaihi wa Sallam yang tetap teguh mengikuti ajarannya Shallallahu `Alaihi wa Sallam, menghargai keutamaan mereka, dan mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta`ala dengan mencintai dan mendoakan mereka agar Allah mengampuni, merahmati, dan meridai mereka. 

Di antaranya adalah al-`Abbas bin Abdul Muthallibpaman Rasulullah Shallallahu `Alaihi wa Sallam, dan anak-anaknya, seperti khalifah keempat Ali bin Abi Thalib radhiyallahu `anhu dan anak-anaknya; Hasan, Husein, dan Muhammad radhiyallahu `anhum dan ahlul bait lain yang mengikuti manhaj mereka dalam menauhidkan dan menaati Allah serta menjunjung tinggi syariat-Nya. Demikian pula Wahabiyah itu gerakan dakwah yang mengikuti manhaj salaf saleh dari kalangan sahabat radhiyallahu `anhum dan para pengikut mereka yang baik, dari segi akidah, perkataan, dan perbuatan, dan membenci semua kelompok yang menyelisihi dan menyimpang dari manhaj mereka. 

Inilah ajaran yang benar dan setiap orang Muslim harus mengikuti, meyakini, dan berdakwah kepadanya sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta`ala berfirman, Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.

Sesungguhnya telah ada suri teladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia; ketika mereka berkata kepada kaum mereka: "Sesungguhnya kami berlepas diri dari kamu dan dari apa yang kamu sembah selain Allah, kami ingkari (kekafiran)mu dan telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja. Allah Subhanahu wa Ta`ala berfirman, Orang-orang terdahulu lagi pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang sungai-sungai mengalir di dalamnya; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar.

Nabi Muhammad Shallallahu `Alaihi wa Sallam juga bersabda, "Manusia yang paling baik adalah generasiku kemudian generasi setelahnya kemudian generasi setelahnya." dan seterusnya. Hadis ini muttafaq `Alaih. Ia Shallallahu `Alaihi wa Sallam biasa bersabda dalam khotbahnya, "Amma ba`du: Perkataan yang paling baik adalah firman Allah Subhanahu wa Ta`ala dan petunjuk yang paling baik adalah petujuk Muhammad Shallallahu `Alahi wa Sallam. Hal yang paling buruk adalah bidah (sesuatu yang diada-adakan dalam masalah agama) dan setiap bidah adalah sesat." (HR. Muslim dalam kitab Shahihnya). 

Ia Shallallahu `Alaihi wa Sallam bersabda, "Hendaklah kalian berpegang teguh kepada sunahku dan sunah para Khulafa ar-Rasyidin yang mendapat petunjuk setelahku. Peganglah ia erat-erat dan gigitlah dengan geraham kalian. Jauhilah perkara-perkara yang diada-adakan karena setiap perkara yang diada-adakan adalah bidah dan setiap bidah adalah sesat." Hadis-hadis dalam pengertian ini cukup banyak.

Dari penjelasan yang telah kami sebutkan di atas, penanya dan orang lain dapat mengetahui bahwa kaum Wahabi, yaitu para pengikut Syekh Muhammad bin Abdul Wahab rahimahullah yang mendukung dakwahnya dan mengikuti manhajnya serta menjelaskannya kepada manusia, bukanlah pelaku bidah dan tidak memusuhi ahlulbait atau menghina Nabi Muhammad `Alaihi ash-Shalatu Wa as-salam. Namun sebaliknya, mereka mengikuti manhaj salaf saleh dari kalangan sahabat Nabi Shallallahu `Alaihi wa Sallam dan para pengikut mereka yang baik. Mereka mencintai Rasulullah Shallallahu `Alaihi wa Sallam dengan sebenar-benarnya melebihi cinta mereka kepada diri mereka sendiri, orang tua mereka, dan semua manusia. 

Ini sebagai bentuk aplikasi dari sabda Nabi Shallallahu `Alaihi wa Sallam, "Keimanan seseorang di antara kalian tidak sempurna sampai diriku menjadi orang yang lebih dia cintai daripada ayahnya, anaknya, dan seluruh manusia."

Ketika  Umar radhiyallahu `anhu berkata kepadanya, "Sungguh engkau adalah orang yang paling aku cintai, melebihi segala sesuatu, kecuali diriku sendiri." Nabi Shallallahu `Alaihi wa Sallam bersabda, "Tidak, Umar, sampai engkau menjadikanku lebih engkau cintai melebihi dirimu sendiri." Umar radhiyallahu `anhu kemudian berkata kepadanya, "Sungguh engkau lebih aku cintai, melebihi diriku sendiri." Nabi pun bersabda, "Sekarang, Umar (sudah benar)."  yakni imannya telah sempurna karena Nabi Shallallahu `Alaihi wa Sallam lebih dicintai oleh setiap orang mukmim daripada dirinya sendiri.

Di antara bukti kebenaran cinta adalah mengikuti sunahnya Shallallahu `Alaihi wa Sallam, berpegang teguh dengan ajaran yang dibawanya, dan menjauhi semua yang menyelisihinya. Hal ini berdasarkan firman Allah `Azza wa Jalla, Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Adapun orang yang menentang dakwah ini adalah orang-orang yang tidak mengetahui hakikat dakwah tersebut atau orang-orang yang mengikuti hawa nafsu mereka yang menjual akhirat mereka dengan dunia dan mengikuti pelaku kebatilan dalam menentang kebenaran, baik karena tidak tahu muapun mengikuti hawa nafsu, sebagaimana yang dilakukan orang-orang Yahudi dalam menentang petunjuk (ajaran) yang dibawa nabi kita, Muhammad Shallallahu `Alaihi wa Sallam, karena dengki, sombong, dan mengikuti hawa nafsu. Kita memohon kepada Allah kesehatan dan keselamatan.

Sumber: 


-http://www.alifta.net/Fatawa/FatawaChapters.aspx?languagename=id&View=Page&PageID=1215&PageNo=1&BookID=4

-Fatwa Syaikh bin Baz jilid 9 hal 230-233

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih telah membaca artikel kami. Besar harapan kami untuk bisa membaca komentar para pengunjung. Dan berkomentar lah dengan nama (jangan anonim), dan jika berkenan isikan email/website anda supaya saya bisa mengunjungi balik anda semua. terima kasih.