Halaman

Kitab Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab

Sabtu, 12 Oktober 2013

Seputar Isu Wahabi (13): Perbedaan Asy’ariyyah dengan Ahlus Sunnah


RI : Terakhir Ustadz kami mau tanya. Apa perbedaan Asy’ariyyah dengan Ahlus Sunnah? Ini perlu kami tanyakan, karena banyak orang  yang rancu dalam membedakannya. Sebagian orang salah kaprah dan mengira Asy’ariyyah itu adalah Ahlus Sunnah wal Jama’ah sampai mereka menggelari diri dengan “Aswajah” (Singkatan dari Ahlus Sunnah wal Jama’ah).

AF: Ahlus Sunnah adalah pengikut setiap Al-Qur’an dan Sunnah Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam- berdasarkan bimbingan para sahabat dan para ulama yang mengikuti jalan hidup mereka dalam beragama, seperti Imam Malik, Asy-Syafi’iy dan lainnya.

Mereka adalah pengikut Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam- yang setia memegangi ajaran beliau, baik dalam akhlaq, ibadah, aqidah dan lainnya.
 Adapun Asy’ariyyah, maka ia adalah paham yang baru muncul di zaman Abul Hasan Al-Asy’ariy (kelahiran 260 H atau 270 H)[13]. Jadi, paham ini muncul sekitar abad ketiga. Sementara Ahlus Sunnah merupakan pemahaman beragama yang diajarkan oleh Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam- kepada para sahabat, lalu para sahabat mewariskannya kepada para ulama dan generasi setelahnya.

Paham Asy’ariyyah termasuk paham yang dicetuskan oleh seorang ahli kalam, yaitu Abul Hasan Al-Asy’ariy. Jadi, beda antara kelompok Ahlus Sunnah dengan Asy’ariyyah. Asy’ariyyah amat mengandalkan akal dalam perkara-perkara ilahiyyah yang sifatnya gaib, sementara Ahlus Sunnah membatasi ruang gerak akal dalam perkara itu, tapi bukan berarti mematikan fungsi akal secara total[14].

Ahlus Sunnah mencela ilmu kalam, sementara Asy’ariyyah pengagum ilmu kalam. Ini perbedaan sederhana.

Orang-orang ahli kalam –semisal Asy’ariyyah- telah berbicara tentang nama-nama Allah tanpa ilmu. Mereka dalam hal itu mendahulukan akalnya yang lemah di atas Al-Kitab dan Sunnah serta pemahaman As-Salaf Ash-Sholih. Mereka telah melakukan pembatasan nama dan sifat-sifat Allah, tanpa hujjah yang nyata. Semuanya berdasarkan takwil buta[15].

Adapun Ahlus Sunnah dalam hal itu menetapkan nama-nama dan sifat-sifat Allah sebagaimana yang Allah dan Rasul-Nya tetapkan bagi Allah, tanpa takwil, tasybih (penyerupaan), takyif (menanyakan cara dan bentuknya), dan tanpa tafwidh (menyerahkan maknanya kepada Allah)[16].

Catatan: Abul Hasan Al-Asy’ariy dalam hidupnya melalui tiga fase. Fase pertama sebagai tokoh Mu’tazilah yang mengikuti bapak tirinya Abu Ali Al-Jubba’iy. Fase kedua ia mengikuti sekte dan paham Kullabiyyah yang pernah dicetuskan oleh seorang ahli kalam bernama Abdullah bin Sa’id bin Kullab. Pemikiran di fase inilah yang kita kenal hari ini dengan paham “Asy’ariyyah” yang ia tuangkan dalam kitabnya Al-Luma’. Fase ketiga, ini yang banyak tidak diketahui oleh orang Indonesia, yaitu fase perpindahan beliau kepada paham dan aqidah Imam Ahmad bin Hanbal, yaitu aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah. Walaupun dalam fase ini pemahaman beliau belum sepenuhnya sama persis dengan aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah yang pernah diajarkan oleh Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam-, para sahabat, tabi’in dan tabi’in. Ini sebagaimana yang anda lihat dalam tiga kitabnya yang mashur: “Maqolat Al-Islamiyyin”, “Al-Ibanah an Ushul Ad-Diyanah”, dan “Risalah ila Ahli Ats-Tsaghr”. Wallahu a’lam bish-showab. Washollallahu ala Nabiyyina wa ala alihi wa shohbih wa sallam.
***
[14] Tentang tercelanya ilmu kalam di sisi para imam, termasuk Al-Imam Asy-Syafi’iy, maka silakan baca kitab Asy-Syari’ah karya seorang ulama Syafi’iyyah bernama Al-Ajurriy, Ahadits Dzammil Kalam wa Ahlih oleh Abul Fadhl Al-Muqri, Dzammul Kalam oleh Al-Harowiy.

[15] Lihat At-Tuhfah Al-Mahdiyyah Syarh Ar-Risalah At-Tadmuriyyah (hal. 80) Di dalamnya terdapat bantahan atas Abul Hasan Al-Asy’ariy dan pengikutnya yang menetapkan sifat tujuh atau sifat 20.

[16] Lihat rincian hal ini dalam Al-Aqidah Al-Wasithiyyah dan Al-Aqidah Ath-Thohawiyyah beserta syarah keduanya.


***
Dari wawancara Redaksi al-Ihsan dengan Al-Ustadz Abul Fadhilah Al-Makassariy
http://pesantren-alihsan.org/meluruskan-wawancara-habib-ali-hasan-bahar-seputar-isu-wahabi.html 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih telah membaca artikel kami. Besar harapan kami untuk bisa membaca komentar para pengunjung. Dan berkomentar lah dengan nama (jangan anonim), dan jika berkenan isikan email/website anda supaya saya bisa mengunjungi balik anda semua. terima kasih.