Tampilkan postingan dengan label Kasyfu asy-Syubuhaat. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kasyfu asy-Syubuhaat. Tampilkan semua postingan

Kamis, 03 Mei 2012

Kasyfu asy-Syubuhaat bagian 10: Salah Paham Definisi Syirik

Apabila dia mengatakan, ”Syirik itu menyembah ‎berhala-berhala.”
Maka jawablah: “Apa makna menyembah berhala-‎berhala itu? apakah kamu mengira, bahwasanya ‎orang-orang musyrik itu beri’tikad/ berkeyakinan, ‎bahwa kayu- kayu yang mereka sembah dan pohon-‎pohon itu yang menciptakan, dan yang memberi rezeki ‎dan yang mengatur urusan orang yang berdo’a ‎kepadanya? pendapatmu itu tidak dibenarkan oleh Al ‎Qur’an, sebagaimana yang tertera dalam firman Allah ‎Ta’ala :‎
قُلْ مَنْ يَرْزُقُكُمْ مِنَ السَّمَاءِ وَالأرْضِ أَمْ مَنْ يَمْلِكُ السَّمْعَ وَالأبْصَارَ وَمَنْ يُخْرِجُ الْحَيَّ مِنَ الْمَيِّتِ وَيُخْرِجُ الْمَيِّتَ مِنَ الْحَيِّ وَمَنْ يُدَبِّرُ الأمْرَ فَسَيَقُولُونَ اللَّهُ
Katakanlah: “Siapakah yang memberi rezeki ‎kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang ‎kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan ‎siapakah yang mengeluarkan yang mati dari yang ‎hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan?” ‎Maka mereka akan menjawab: “Allah”. (Yunus :31).‎"
Jika dia mengatakan: “Orang-orang yang ‎menujukan pemujaan kepada kayu atau suatu batu ‎atau bangunan di atas sebuah kuburan atau yang ‎lainnya seraya berdo’a kepada benda-benda itu dan ‎menyembelih kurban demi untuknya: Bahwasanya ‎benda-benda itu dapat mendekatkan kami kepada ‎Allah dengan sedekat-dekatnya dan dapat menolak ‎bala’ dari kami dengan barokahnya.”‎
Maka katakan, “Anda telah jujur menjawab, dan ‎hal itulah yang kamu kerjakan di sisi batu-batu, ‎bangunan-bangunan yang ada di atas kuburan dan ‎yang lainnya”. Si penentang itu mengakui bahwa ‎perbuatan orang-orang semacam itu, sama saja ‎dengan menyembah berhala. ‎
Perlu juga dikatakan kepadanya lagi: ucapanmu, ‎‎“Syirik itu menyembah kepada berhala“ Apakah yang ‎kamu maksud, bahwa syirik itu khusus kepada ‎penyembahan berhala saja, sedangkan bergantung ‎kepada orang-orang shalih serta berdo’a kepada ‎mereka tidak termasuk syirik? Padahal hal ini ‎dibantah oleh ayat yang disebutkan Allah dalam ‎kitabnya tentang kekufuran orang yang selalu ‎bergantung kepada para malaikat, Nabi ‘Isa dan orang-‎orang shalih. Maka wajib kamu akui, bahwasanya ‎orang yang mempersekutukan seseorang dari orang-‎orang shalih dalam beribadah kepada Allah, bentuk ‎syirik yang semacam itu adalah bentuk syirik yang ‎tercantum dalam Al-Qur’an."
Dan memang inilah ‎kesimpulan pembahasan yang dicari.‎ Rahasia masalah ini adalah jika dia mengatakan: ‎‎“Saya tidak syirik (mempersekutukan) Allah”.‎
Maka tanyakan kepadanya: “Apakah sebenarnya ‎arti syirik kepada Allah itu, coba jelaskan arti syirik itu ‎kepadaku?"‎
Jika dia mengatakan, “Syirik itu adalah menyembah ‎berhala-berhala."
Maka katakan: “Lalu apa makna menyembah ‎berhala itu, coba jelaskan kepadaku? Jika dia mengatakan: “Saya hanya menyembah ‎Allah semata”. ‎
Maka katakan: “Apakah makna menyembah Allah ‎semata itu? Coba jelaskan kepadaku!‎
Jika dia menjelaskan kalimat itu dengan apa yang ‎sudah dijelaskan Al-Qur’an, maka jawaban itulah yang ‎diharapkan .
Akan tetapi dia tidak mengetahui hal itu. Dan jika ‎dia menafsirkan hal itu tidak sesuai dengan makna ‎sebenarnya, maka hendaknya anda jelaskan ‎kepadanya ayat-ayat yang menjelaskan tentang syirik ‎kepada Allah dan makna menyembah berhala- berhala. ‎Atau jelaskan kepadanya bahwa hal itulah yang ‎dilakukan oleh sebagian orang pada zaman ini. Dan ‎jelaskan pula, bahwa menyembah Allah semata, tiada ‎sekutu bagi-Nya, itulah yang membuat mereka ‎menentang kami dan berteriak sebagaimana kawan-‎kawan mereka (para jahiliyyah) telah berteriak, sambil ‎mengatakan: ‎
أَجَعَلَ الآلِهَةَ إِلَهًا وَاحِدًا إِنَّ هَذَا لَشَيْءٌ عُجَابٌ
“Mengapa ia menjadikan tuhan-tuhan itu hanya ‎yang satu saja? Sesungguhnya ini benar-benar suatu ‎hal yang sangat mengherankan”. (Shaad: 5).‎
Apabila anda sudah tahu bahwa hal yang ‎dinamakan oleh orang-orang musyrik pada zaman ini ‎dengan “Al I’tiqaad,” adalah merupakan “syirik” yang ‎dimaksud dalam Al- Qur’an dan Rasulullah Shallallahu‘alaihi wasallam ‎memerangi manusia lantaran syirik itu, maka ‎ketahuilah, bahwasanya bentuk syirik orang-orang ‎dahulu itu lebih ringan dari bentuk syirik orang-orang ‎zaman ini, hal ini karena dua hal :‎
Yang pertama:‎
Bahwasanya orang-orang dahulu tidak melakukan ‎kesyirikan, tidak menyembah dan berdo’a kepada ‎malaikat, para wali dan berhala-berhala disamping ‎menyembah dan berdoa kepada Allah kecuali dalam ‎keadaan senang. Sedangkan di waktu susah mereka mentuluskan ‎ibadah dan do’a mereka kepada Allah Ta'ala. Seperti firman ‎Allah:‎
وَإِذَا مَسَّكُمُ الضُّرُّ فِي الْبَحْرِ ضَلَّ مَنْ تَدْعُونَ إِلا إِيَّاهُ فَلَمَّا نَجَّاكُمْ إِلَى الْبَرِّ أَعْرَضْتُمْ وَكَانَ الإنْسَانُ كَفُورًا
‎“Dan apabila kamu ditimpa bahaya di lautan, ‎niscaya hilanglah siapa yang kamu seru kecuali Dia. ‎Maka tatkala Dia menyelamatkan kamu ke daratan, ‎kamu berpaling. Dan adalah manusia itu selalu tidak ‎berterima kasih”. (Al Israa’ :67).‎
Dan firman Allah:‎
قُلْ أَرَأَيْتَكُمْ إِنْ أَتَاكُمْ عَذَابُ اللَّهِ أَوْ أَتَتْكُمُ السَّاعَةُ أَغَيْرَ اللَّهِ تَدْعُونَ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ. بَلْ إِيَّاهُ تَدْعُونَ فَيَكْشِفُ مَا تَدْعُونَ إِلَيْهِ إِنْ شَاءَ وَتَنْسَوْنَ مَا تُشْرِكُونَ
Katakanlah: “Bagimana pendapat kalian jika datang ‎siksaan Allah kepadamu, atau datang kepadamu hari ‎kiamat, apakah kamu menyeru (tuhan) selain Allah, jika ‎kamu orang-orang yang benar”. (Tidak) bahkan hanya ‎Dialah yang kalian seru, maka Dia menghilangkan ‎bahaya yang kamu berdo’a kepadanya, jika Dia ‎menghendaki, dan kamu tinggalkan sesembahan-‎sesembahan yang kamu sekutukan (dengan Allah)”. ‎(Al An’aam: 40-41).‎
Dan Allah berfirman:‎
وَإِذَا مَسَّ الإنْسَانَ ضُرٌّ دَعَا رَبَّهُ مُنِيبًا إِلَيْهِ ثُمَّ إِذَا خَوَّلَهُ نِعْمَةً مِنْهُ نَسِيَ مَا كَانَ يَدْعُو إِلَيْهِ مِنْ قَبْلُ وَجَعَلَ لِلَّهِ أَنْدَادًا لِيُضِلَّ عَنْ سَبِيلِهِ قُلْ تَمَتَّعْ بِكُفْرِكَ قَلِيلا إِنَّكَ مِنْ أَصْحَابِ النَّارِ
Dan apabila manusia itu ditimpa kemudharatan, dia ‎memohon pertolongan kepada Tuhannya dengan ‎kembali kepada-Nya; kemudian apabila Dia ‎memberikan nikmat- Nya kepadanya lupalah dia akan ‎kemudharatan yang pernah dia berdo’a (kepada Allah) ‎untuk (menghilangkannya) sebelum itu, dan dia ‎mengada-adakan sekutu- sekutu bagi Allah untuk ‎menyesatkan (manusia) dari jalan-Nya. Katakanlah: ‎‎“bersenang-senanglah dengan kekafiranmu itu ‎sementara waktu, sesungguhnya kamu termasuk ‎penghuni neraka.” (Az Zumar: 8).‎
Dan firman Allah Ta’ala:‎
وَإِذَا غَشِيَهُمْ مَوْجٌ كَالظُّلَلِ دَعَوُا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ
‎“Dan apabila mereka dilamun ombak yang besar ‎seperti gunung, mereka menyeru Allah dengan ‎memurnikan keta’atan kepada-Nya dalam ‎‎(menjalankan) agama. (Luqman: 32).‎
Maka, barang siapa yang paham masalah yang ‎sudah dijelaskan oleh Allah dalam kitab-Nya ini, yaitu: ‎bahwasanya orang-orang musyrik yang diperangi ‎Rasulullah Shallallahu‘alaihi wasallam itu mereka berdo’a (menyeru kepada) ‎Allah dan berdo’a pula kepada selain Allah dalam ‎keadaan senang, sedangkan di waktu ditimpa bahaya ‎dan susah, mereka hanya berdo’a kepada Allah ‎semata, tiada sekutu baginya, dan mereka tinggalkan ‎para penghuni kubur yang selalu mereka seru “Ya ‎sayyidi, ya sayyidi", dengan demikian semakin teranglah ‎baginya perbedaan antara bentuk syirik orang-orang ‎zaman kita dan bentuk syirik orang-orang dahulu.‎
Namun mana orang yang hatinya paham masalah ‎ini dengan pemahaman yang dalam? Hanya Allahlah ‎tempat memohon pertolongan (untuk menuju ‎ibadah yang sebenarnya kepada-Nya).‎
Yang kedua:‎
Bahwasanya orang-orang dahulu itu, disamping ‎menyembah Allah, mereka berdo’a kepada orang yang ‎sangat dekat di sisi Allah, baik itu para nabi atau para ‎wali ataupun malaikat. Dan juga mereka menyembah ‎‎(berdo’a) kepada pepohonan dan batu-batu yang semua ‎itu tunduk dan taat kepada Allah, tidak maksiat ‎kepada-Nya. Sedangkan orang-orang zaman kita, ‎disamping menyembah Allah mereka berdo’a kepada ‎orang-orang yang tergolong manusia paling fasiq, dan ‎orang-orang yang mereka seru itu justru orang-orang ‎yang mereka sebut-sebut sendiri banyak melakukan ‎kejelekan –kejelekan; mulai dari berzina, mencuri, ‎meninggalkan shalat dan lain-lain.
Orang yang beri’tiqad terhadap orang shalih dan ‎sesuatu yang tidak maksiat kepada Allah seperti kayu ‎dan pohon, tentunya lebih ringan dari pada orang yang ‎beri’tiqad terhadap orang yang ia sendiri melihat ‎kefasikan dan kerusakannya, dan ia menyaksikan ‎dengan jelas.‎
Apabila sudah jelas bagi anda, bahwasanya orang-‎orang yang pernah diperangi Rasulullah Shallallahu‘alaihi wasallam adalah ‎orang-orang yang paling ringan kesyirikannya dari ‎orang-orang musyrik sekarang, maka hendaklah anda ‎tahu, sesungguhnya mereka mempunyai syubhat yang ‎mereka kemukakan sebagai jawaban terhadap apa ‎yang sudah kami sebutkan, dan syubhat ini adalah ‎syubhat yang terbesar. Makanya pusat pendengaran ‎anda baik-baik terhadap jawaban dari syubhat itu.
----------------------

؟؟
فإن قال: الشرك عبادة الأصنام ونحن لا نعبد الأصنام فقل: ما معنى عبادة الأصنام؟ أتظن أنهم يعتقدون أن تلك الأخشاب والأحجار تخلق وترزق وتدبر أمر من دعاها؟ فهذا يكذبه القرآن، كما في قوله تعالى: قُلْ مَن يَرْزُقُكُم مِّنَ السَّمَاءِ وَالأَرْضِ [يونس:31] الآية.
وإن قال هو من قصد خشبة أو حجراً أو بنية على قبر أو غيره يدعون ذلك ويذبحون له ويقولون، إنه يقربنا إلى الله زلفى ويدفع عنا ببركته ويعطينا ببركته.
فقل صدقت، وهذا فعلكم عند الأحجار والبنايات التي على القبور وغيرها، فهذا أقر أن فعلهم هذا هو عبادة الأصنام، وهو المطلوب ويقال له أيضاً قولك: "الشرك عبادة الأصنام"، هل مرادك أن الشرك مخصوص بهذا، وأن الاعتماد على الصالحين ودعاءهم لا يدخل في هذا؟ فهذا يرده ما ذكر الله في كتابه من كفر من تعلق على الملائكة أو عيسى أو الصالحين فلا بد أن يقر لك أن من أشرك في عبادة الله أحداً من الصالحين فهو الشرك المذكور في القرآن وهذا هو المطلوب.
وسر المسألة أنه إذا قال: أنا لا أشرك بالله، فقل له: وما الشرك بالله؛ فسره لي؟ فإن قال: هو عبادة الأصنام، فقل: وما معنى عبادة الأصنام فسرها لي ؟ فإن قال أنا لا أعبد إلا الله وحده فقل: ما معنى عبادة الله وحده فسرها لي؟ فإن فسرها بما بينه القرآن فهو المطلوب ، وإن لم يعرفه فكيف يدعي شيئاً وهو لا يعرفه، وإن فسر ذلك بغير معناه بينت له الآيات الواضحات في معنى الشرك بالله وعبادة الأوثان، وأنه يفعلونه في هذا الزمان بعينه، وأن عبادة الله وحده لا شريك له هي التي ينكرونها علينا ويصيحون كما صاح إخوانهم حيث قالوا: أَجَعَلَ الْآلِهَةَ إِلَهاً وَاحِداً إِنَّ هَذَا لَشَيْءٌ عُجَابٌ [ص:5].
فإن قال: إنهم لا يكفرون بدعاء الملائكة والأنبياء، وإنما يكفرون لما قالوا: الملائكة بنات الله؛ فإنا لم نقل: عبد القادر ابن الله ولا غيره. فالجواب: إن نسبة الولد إلى الله كفر مستقل؛ قال الله تعالى: قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ (1) اللَّهُ الصَّمَدُ [الإخلاص:2،1]، والأحد الذي لا نظير له، والصمد المقصود في الحوائج، فمن جحد هذا؛ فقد كفر، ولو لم يجحد السورة. وقال تعالى: مَا اتَّخَذَ اللَّهُ مِن وَلَدٍ وَمَا كَانَ مَعَهُ مِنْ إِلَهٍ [المؤمنون:91]، ففرق بين النوعين، وجعل كلا منهما كفراً مستقلاً. وقال تعالى: وَجَعَلُواْ لِلّهِ شُرَكَاء الْجِنَّ وَخَلَقَهُمْ وَخَرَقُواْ لَهُ بَنِينَ وَبَنَاتٍ بِغَيْرِ عِلْمٍ [الأنعام:100]، ففرق بين كفرين. والدليل على هذا أيضاً أن الذين كفروا بدعاء اللات، مع كونه رجلاً صالحاً؛ لم يجعلوه ابن الله، والذين كفروا بعبادة الجن لم يجعلوهم كذلك، وكذلك أيضاً العلماء في جميع المذاهب الأربعة؛ يذكرون في باب حكم المرتد أن المسلم إذا زعم أن لله ولداً؛ فهو مرتد، ويفرقون بين النوعين، وهذا في غاية الوضوح.
وإن قال: أَلا إِنَّ أَوْلِيَاء اللّهِ لاَ خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلاَ هُمْ يَحْزَنُونَ [يونس:62]. فقل: هذا هو الحق، ولكن لا يُعبدُون، ونحن لم نذكر إلا عبادتهم مع الله، وشركهم معه، وإلا؛ فالواجب عليك حبهم واتباعهم والإقرار بكرامتهم، ولا يجحد كرامات الأولياء إلا أهل البدع والضلال. . . إلخ، ودين الله وسط بين طرفين، وهدى بين ضلالتين، وحق بين باطلين.
فإذا عرفت أن هذا الذي يسميه المشركون في زماننا هذا "الاعتقاد"، هو الشرك الذي أنزل الله في القرآن وقاتل رسول الله الناس عليه، فاعلم أن شرك الأولين أخف من شرك أهل زماننا بأمرين:
أحدهما: أن الأولين لا يشركون ولا يدعون الملائكة والأولياء والأوثان مع الله إلا في الرخاء، وأما في الشدة فيخلصون لله الدين، كما قال تعالى: وَإِذَا مَسَّكُمُ الْضُّرُّ فِي الْبَحْرِ ضَلَّ مَن تَدْعُونَ إِلاَّ إِيَّاهُ فَلَمَّا نَجَّاكُمْ إِلَى الْبَرِّ أَعْرَضْتُمْ وَكَانَ الإِنْسَانُ كَفُوراً [الإسراء:67]، وقوله: قُلْ أَرَأَيْتُكُم إِنْ أَتَاكُمْ عَذَابُ اللّهِ أَوْ أَتَتْكُمُ السَّاعَةُ أَغَيْرَ اللّهِ تَدْعُونَ إِن كُنتُمْ صَادِقِينَ (40) بَلْ إِيَّاهُ تَدْعُونَ فَيَكْشِفُ مَا تَدْعُونَ إِلَيْهِ إِنْ شَاء وَتَنسَوْنَ مَا تُشْرِكُونَ [الأنعام:41]، وقوله: وَإِذَا مَسَّ الْإِنسَانَ ضُرٌّ دَعَا رَبَّهُ مُنِيباً إِلَيْهِ ثُمَّ إِذَا خَوَّلَهُ نِعْمَةً مِّنْهُ نَسِيَ مَا كَانَ يَدْعُو إِلَيْهِ مِن قَبْلُ وَجَعَلَ لِلَّهِ أَندَاداً لِّيُضِلَّ عَن سَبِيلِهِ قُلْ تَمَتَّعْ بِكُفْرِكَ قَلِيلاً إِنَّكَ مِنْ أَصْحَابِ النَّارِ [الزمر:8]، وقوله: وَإِذَا غَشِيَهُم مَّوْجٌ كَالظُّلَلِ دَعَوُا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ [لقمان:32]، فمن فهم هذه المسألة التي وضحها الله في كتابه وهي أن المشركين الذين قاتلهم رسول الله يدعون الله ويدعون غيره في الرخاء، وأما في الضر والشدة فلا يدعون إلا الله وحده لا شريك له، وينسون ساداتهم، تبين له الفرق بين شرك أهل زماننا وشرك الأولين، ولكن أين من يفهم قلبه هذه المسألة فهماً راسخاً؟ والله المستعان.
 والأمر الثاني: أن الأولين يدعون مع الله أناساً مقربين عند الله: إما أنبياء وإما أولياء وإما ملائكة، ويدعون أشجاراً أو أحجاراً مطيعة لله ليست عاصية، وأهل زماننا يدعون مع الله أناساً من أفسق الناس، والذين يدعونهم هم الذين يحلون لهم الفجور من الزنا، والسرقة، وترك الصلاة، وغير ذلك والذي يعتقد في الصالح أو الذي لا يعصي مثل الخشب والحجر أهون ممن يعتقد فيمن يشاهد فسقه وفساده ويشهد به.

إذا تحققت أن الذين قاتلهم رسول الله أصح عقولاً وأخف شركاً من هؤلاء فاعلم أن لهؤلاء شبهة يوردونها على ما ذكرنا، وهي من أعظم شبههم فاصغ سمعك لجوابها.

Kasyfu asy-Syubuhaat bagian 9: Berdoa Kepada Orang Shalih

Lalu, kalau dia mengatakan sama sekali tidak ‎mempersekutukan sesuatupun dengan Allah. Dan ‎sekali-kali tidak, akan tetapi, berlindung (iltija’) kepada ‎orang- orang shalih bukanlah perbuatan syirik. ‎
Maka katakan kepada dia, ”Jika kamu sudah ‎mengakui, bahwasanya Allah telah mengharamkan ‎syirik, itu melebihi dari pada mengharamkan zina, dan ‎kamu mengakui pula, bahwasanya Allah tidak akan ‎mengampuni dosa syirik, maka masalah apa yang ‎diharamkan Allah dan Dia sebut bahwasanya Dia tidak ‎akan mengampuninya itu?"
Pasti dia tidak akan tahu. ‎Maka, katakan lagi kepadanya: “Lantas bagaimana ‎kamu membebaskan dirimu dari melakukan syirik, ‎sementara kamu sendiri tidak mengetahui syirik itu. ‎Atau bagaimana Allah mengharamkan syirik itu atas ‎kamu dan Dia menyebut bahwasanya Dia tidak akan ‎mengampuni dosa syirik itu, sementara kamu tidak ‎menanyakan apa itu syirik dan tidak mengetahuinya. ‎Apakah kamu mengira, bahwa Allah mengharamkan ‎syirik, tapi tidak menerangkannya kepada kita?"
----------- 
. فإن قال أنا لا أشرك بالله شيئاً حاشا وكلا ولكن الالتجاء إلى الصالحين ليس بشرك، فقل له: إذا كنت تقر ان الله حرم الشرك أعظم من تحريم الزنا وتقر أن الله لا يغفره، فما الذي حرمه الله وذكر أنه لا يغفره، فإن كان لا يدري، فقل له: كيف تبرئ نفسك من الشرك وأنت لا تعرفه؟ أم كيف يحرم الله عليك هذا ويذكر أنه لا يغفره ولا تسأل عنه ولا تعرفه، أتظن أن الله يحرمه ولا يبينه لنا؟؟

Kasyfu asy-Syubuhaat bagian 8: Syafaat Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam

Apabila dia mengatakan: “Nabi Shalallahu‘alaihi wasallam telah diberi hak ‎memberi syafa’at, lalu saya memohon kepada beliau Shallallahu‘alaihi wasallam ‎sebagian apa yang telah Allah berikan kepada beliau."
Maka jawabannya sebagai berikut:
"Sesungguhnya ‎Allah telah memberi beliau Shallallahu‘alaihi wasallam hak memberi syafa’at, ‎tetapi Dia melarang kamu berdo’a memohon kepada ‎Nabi Shallallahu‘alaihi wasallam. Untuk itu Allah berfirman:‎
فَلا تَدْعُوا مَعَ اللَّهِ أَحَدًا
“Maka janganlah kamu berdo’a kepada seseorang ‎disamping (berdoa kepada) Allah.” (Al Jin:18).‎
Dan juga, bahwasanya syafa’at itu juga diberikan ‎kepada selain Nabi Shallahu‘alaihi wasallam, maka benar, bahwasanya para ‎malaikat akan memberi syafa’at. Begitu juga para wali ‎itu akan memberi syafa’at. Lalu, apakah kamu ‎mengatakan: “Sesungguhnya Allah telah memberi ‎kepada mereka (yang disebut di atas) itu hak memberi ‎syafa’at, dan saya memohon syafa’at itu dari mereka?" Jjika kamu memang mengatakan (mengakui) begitu, ‎maka berarti kamu telah kembali kepada ‎penyembahan kepada orang shalih yang sudah ‎nyatakan Allah dalam kitab-Nya, akan tetapi jika kamu ‎mengatakan: Tidak, (tidak mengatakan seperti ucapan ‎di atas), maka menjadi batallah ucapanmu terdahulu: ‎‎“Allah telah memberi kepada beliau Nabi Shallallahu‘alaihi wasallam hak ‎memberi syafa’at, lalu saya memohon kepada beliau ‎sebagian apa yang sudah Allah berikan padanya.”‎ 
------------

فإن قال: النبي أعطي الشفاعة وأنا أطلبه مما أعطاه الله، فالجواب أن الله أعطاه الشفاعة ونهاك عن هذا فقال: فَلَا تَدْعُوا مَعَ اللَّهِ أَحَداً [الجن:18].
فإذا كنت تدعو الله أن يشفع نبيه فيك، فأطعه في قوله 
 فَلَا تَدْعُوا مَعَ اللَّهِ أَحَداً [الجن:18] وأيضاً فإن الشفاعة أعطيها غير النبي ، فصح أن الملائكة يشفعون والأفراط يشفعون والأولياء يشفعون، أتقول: إن الله أعطاهم الشفاعة وأطلبها منهم؟ فإن قلت هذا رجعت إلى عبادة الصالحين التي ذكر الله في كتابه، وإن قلت لا، بطل قولك أعطاه الله الشفاعة وأنا أطلبه مما أعطاه الله

Kasyfu asy-Syubuhaat bagian 7: Syafaat Hanya Milik Allah Ta'ala

Kalau dia mengatakan: “Apakah engkau ‎mengingkari syafa’at Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam dan berlepas diri ‎dari padanya?‎"
Maka jawablah: “Saya sama sekali tidak ‎mengingkari syafa’at itu, juga tidak berlepas diri ‎darinya, bahkan saya meyakini, bahwa beliau Shalallahu'alaihi wasallam adalah ‎Asysyaafi’ (yang memberi syafa’at) dan Musyaffa’ ‎‎(mendapatkan hak memberi syafa’at dari Allah) dan ‎saya benar-benar mengharap syafa’at beliau itu.
Akan ‎tetapi, bagaimanapun juga semua syafa’at itu ‎kepunyaan Allah semata, sebagaimana yang ‎difirmankan-Nya:‎
قُلْ لِلَّهِ الشَّفَاعَةُ جَمِيعًا
Katakanlah:“Hanya kepunyaan Allah syafa’at itu ‎semua.” (Az Zumar: 44).‎
Dan tidak akan ada syafa’at itu kecuali sesudah ‎mendapatkan izin dari Allah. Allah Subhanahu wata’ala berfirman:‎
مَنْ ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلا بِإِذْنِهِ
“Siapa yang dapat memberi syafa’at di sisi Allah ‎tanpa izin-Nya?” (Al Baqarah: 255). ‎
Dan Nabi Shalallahu‘alaihi wasallam tidak akan dapat memberi syafa’at ‎terhadap seseorang kecuali sesudah Allah mengizinkan ‎untuk memberi syafa’at kepada orang itu, sebagaimana ‎Allah Ta'ala telah berfirman:‎
وَلا يَشْفَعُونَ إِلا لِمَنِ ارْتَضَى
‎“Dan mereka tidak memberi syafa’at melainkan ‎kepada orang yang diridhai Allah.” (Al-Anbiyaa’: 28).‎
Sedangkan Allah sendiri hanya ridha kepada ‎tauhid. Seperti yang difirmankan-Nya:‎
وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ الإسْلامِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ
‎“Barang siapa mencari agama selain agama Islam, ‎maka sekali-sekali tidaklah akan diterima (agama itu) ‎dari padanya.” (Ali ‘Imran: 85).‎
Jadi, jika syafa’at itu semuanya kepunyaan Allah ‎dan tidak akan ada kecuali sesudah mendapatkan izin ‎Allah, sedang Nabi Shalallahu‘alaihi wasallam sendiri dan yang lainnya tidak ‎dapat memberi syafa’at terhadap seseorang sebelum ‎Allah mengizinkannya untuk memberi syafa’at kepada ‎seseorang itu, serta syafa’at itu hanya diizinkan untuk ‎ahli tauhid, maka dari sini menjadi jelas dan teranglah ‎bagi anda, bahwasanya syafa’at itu semuanya ‎kepunyaan Allah, dan saya akan memohon syafa’at itu ‎dari Dia. Untuk itu saya berdo’a:
اللهم لا تحرمني شفاعته، اللهم شفعه في
“Ya Allah, janganlah ‎engkau jadikan aku orang yang tak mendapatkan ‎bagian dari syafa’at Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam, Ya Allah, berilah beliau ‎hak memberi syafa’at untukku,”
Dan do’a-do’a yang ‎sejenisnya"
------------------- 
فإن قال أتنكر شفاعة رسول الله وتبرأ منها فقل: لا أنكرها ولا أتبرأ منها، بل هو الشافع والمشفع وأرجو شفاعته، ولكن الشفاعة كلها لله كما قال تعالى: قُل لِّلَّهِ الشَّفَاعَةُ جَمِيعاً [الزمر:44] ولا تكون إلا من بعد إذن الله كما قال عز وجل: مَن ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلاَّ بِإِذْنِهِ [البقرة:255]، ولا يشفع في أحد إلا من بعد أن يأذن الله فيه كما قال عز وجل: وَلَا يَشْفَعُونَ إِلَّا لِمَنِ ارْتَضَى [الأنبياء:28]، وهو لا يرضى إلا التوحيد كما قال تعالى: وَمَن يَبْتَغِ غَيْرَ الإِسْلاَمِ دِيناً فَلَن يُقْبَلَ مِنْهُ [آل عمران:85]، فإذا كانت الشفاعة كلها لله ولا تكون إلا بعد إذنه ولا يشفع النبي ولا غيره في أحدٍ حتى ياذن الله فيه، ولا يأذن إلا لأهل التوحيد بين لك أن الشفاعة كلها لله، وأطلبها منه، وأقول: اللهم لا تحرمني شفاعته، اللهم شفعه في، وأمثال هذا.

Kasyfu asy-Syubuhaat bagian 6: Doa Kepada Orang-Orang Shalih

Kemudian apabila dia mengatakan:‎ ‎“Saya tidak menyembah kecuali kepada Allah, ‎sedangkan berlindung kepada orang-orang shalih dan ‎berdo’a kepada mereka semacam ini bukanlah ibadah”.‎
Maka, katakan kepadanya: “Bukankah kamu ‎mengakui, bahwasanya Allah telah mewajibkan ‎kepadamu pemurnian ibadah hanya untuk-Nya, dan ‎itu merupakan hak Dia atas kamu?" Jika dia ‎menjawab: "Ya", maka katakan padanya: “Coba ‎terangkan kepadaku apa yang telah Allah wajibkan ‎kepadamu, yaitu: keikhlasan, kemurnian beribadah ‎hanya untuk Allah semata, dan itu merupakan hak ‎Allah atas kamu.” ‎
Sesungguhnya dia tidak akan tahu apa itu ibadah ‎dan apa macam-macamnya. Untuk itu terangkanlah ‎hal itu kepadanya dengan ucapan anda:
Allah subahanahu wa ta’ala telah ‎befirman:‎
ادْعُوا رَبَّكُمْ تَضَرُّعًا وَخُفْيَةً إِنَّهُ لا يُحِبُّ الْمُعْتَدِينَ
“Berdo’alah kepada Rabbmu dengan berendah diri ‎dan suara yang lembut.” (Al A’raaf: 55).‎
Lalu jika anda sudah memberi tahukan hal itu ‎kepadanya, maka katakan kepadanya: “Apakah kamu ‎tahu, bahwa berdo’a itu merupakan ibadah kepada ‎Allah?‎" Maka pasti dia akan mengatakan: "Ya, do’a itu ‎puncak ibadah".
Lantas katakan kepadanya: “Kalau ‎kamu sudah mengakui, bahwa do’a itu adalah ibadah ‎kepada Allah, dan kamu sendiri sudah berdo’a kepada ‎Allah sepanjang malam dan siang hari dengan rasa ‎takut dan harap, kemudian kamu berdo’a untuk ‎keperluan tertentu kepada seorang Nabi atau yang ‎lainnya; apakah bukan berarti kamu telah menjadikan ‎selain Allah sebagai sekutu Allah dalam beribadah ‎kepada- Nya?" ‎Maka, pasti dia akan menjawab: "Ya.‎"
Lalu katakan kepadanya lagi: “Apabila kamu sudah ‎mengamalkan firman Allah, di saat Dia berfirman:‎
فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ
‎“Maka dirikanlah shalat untuk Rabbmu, dan ‎sembelihlah kurban.” (Al Kautsar: 2).‎
Dan kamu sudah taat kepada Allah serta sudah ‎pula menyembelih kurban untuk Dia; apakah hal ini ‎‎(bukan) merupakan ibadah?‎" Pasti ia akan menjawab: "Ya.‎"
Lantas katakan kepadanya: “Jika kamu ‎menyembelih kurban demi untuk seseorang makhluk, ‎baik itu seorang nabi atau jin ataupun yang lainnya, ‎bukankah kamu sudah menjadikan selain Allah sekutu ‎bagi-Nya dalam beribadah kepada-Nya?" Dia pasti akan mengakui dan mengatakan: "Ya."
Dan ‎katakan kepadanya lagi: “Orang-orang musyrik -yang ‎mana Al-Qur’an telah turun menjelaskan tentang ‎keadaan mereka-, apakah mereka dulu senantiasa ‎menyembah malaikat, Orang-orang shalih, Al Latta ‎dan yang lainya?" ‎Sudah pasti dia akan mengatakan: "Ya."‎
Maka katakan kepadanya: “Bukankah ibadah ‎mereka kepada malaikat, orang-orang shalih dan yang ‎lain-lain itu hanya dalam bentuk do’a, penyembelihan ‎kurban, berlindung kepada mereka di saat ada ‎kebutuhan dan yang semacamnya? Jika tidak seperti ‎itu lalu apa? Mereka mengakui, bahwasanya mereka ‎adalah hamba-hamba Allah dan di bawah ‎kekuasaannya, dan bahwasanya Allah lah yang ‎mengatur segala urusan, namun mereka berdo’a ‎kepada malaikat, orang-orang shalih dan berlindung ‎kepada mereka karena mereka yakin bahwa yang ‎mereka puja itu memiliki jaah (kedudukan tinggi) dan ‎syafa’at, hal ini jelas sekali.‎"

----------------- 
فإن قال: أنا لا أعبد إلا الله وهذا الإلتجاء إلى الصالحين، ودعاءهم ليس بعبادةٍ.
فقل له: أنت تقر أن الله فرض عليك إخلاص العبادة وهو حقه عليك؟ فإذا قال: نعم، فقل له: بين له هذا الذي فرض عليك وهو إخلاص العبادة لله وحده وهو حقه عليك فإن كان لا يعرف العبادة ولا أنواعها فبينها له بقولك: قال الله تعالى: ادْعُواْ رَبَّكُمْ تَضَرُّعاً وَخُفْيَةً إِنَّهُ لاَ يُحِبُّ الْمُعْتَدِينَ [الأعراف:55].
فإذا أعلمته بهذا فقل له: هل علمت هذا عبادة لله؟ فلا بد أن يقول لك: نعم، والدعاء مخ العبادة، فقل له: إذا أقررت أنه عبادة لله ودعوت الله ليلاً ونهاراً خوفاً وطمعاً، ثم دعوت في تلك الحاجة نبياً أو غيره هل أشركت في عبادة الله غيره؟ فلا بد أن يقول: نعم، فقل له: فإذا عملت بقول الله تعالى: فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ [الكوثر:2]، وأطعت الله ونحرت له هل هذا عبادة، فلا بد أن يقول: نعم، فقل له: فإذا نحرت لمخلوق نبي أو جني أو غيرهما، هل أشركت في هذه العبادة غير الله؟ فلا بد أن يقر، ويقول نعم، وقل له أيضاً: المشركون الذين نزل فيهم القرآن، هل كانوا يعبدون الملائكة والصالحين واللات وغير ذلك؟ فلا بد أن يقول: نعم، فقل له: وهل كانت عبادتهم إياهم إلا في الدعاء والذبح والالتجاء ونحو ذلك، وإلا فهم مقرون أنهم عبيد الله وتحت قهره، وأن الله هو الذي يدبر الأمر ولكن دعوهم، والتجئوا إليهم للجه والشفاعة، وهذا ظاهر جدا.

Kasyfu asy-Syubuhaat bagian 5: Tiga Syubhat Terbesar

Di antaranya adalah ucapan mereka: “Kami tidak menyekutukan Allah, bahkan kami bersaksi bahwa tiada yang menciptakan, yang memberi rezeki, yang memberi manfaat dan tidak ada yang memberi madharat kecuali Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya. Dan kami bersaksi bahwa Nabi Muhammad Shallallahu'alaihi wasallam itu tidak berkuasa menarik manfa’at bagi dirinya dan tidak pula menolak kemudharatan, apalagi syaikh Abdul Qadir atau lainnya. Akan tetapi, saya orang yang berdosa, dan sementara orang-orang shalih itu mempunyai jaah (pangkat/kedudukan ) di sisi Allah. Maka saya memohon kepada Allah dengan perantara mereka [1],"
Untuk itu anda harus jawab dengan jawaban yang sudah lewat (di atas), yaitu, bahwasanya orang-orang yang diperangi Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam mereka mengakui apa yang kamu sebutkan itu, mereka juga mengakui, bahwasanya berhala-berhala mereka tidak dapat mengatur urusan apapun, hanya saja mereka ingin dirinya kedudukan dan syafa’at (pertolongan), dan bacakan kepadanya dalil-dalil yang sudah disebutkan terdahulu oleh Allah dalam kitab-Nya [2] serta sudah diperjelas oleh Nya.
Jika dia mengatakan: “ayat-ayat itu kan turun untuk menerangkan tentang orang- orang yang menyembah berhala-berhala, bagaimana kalian menyamakan orang- orang shalih itu dengan berhala?"
Perkataan itu hendaklah anda jawab dengan apa yang sudah tertera di atas. Sebab, jika dia mengakui, bahwa orang-orang kafir itu bersaksi, bahwa seluruh Rububiyyah itu untuk Allah semata, dan mereka tidak menginginkan dari makhluk atau benda yang mereka tuju dalam pemujaan mereka itu selain syafa’at, hanya saja dia ingin sekedar membedakan antara perbuatan mereka dan perbuatannya dengan apa yang sudah ia tuturkan itu. Maka, katakan kepadanya bahwa di antara orang-orang kafir itu, ada yang berdo’a kepada orang-orang shalih dan berhala-berhala. Ada juga yang berdo’a kepada para wali, yang mana Allah Subhanahu wata'ala telah katakan tentang mereka:
أُولَئِكَ الَّذِينَ يَدْعُونَ يَبْتَغُونَ إِلَى رَبِّهِمُ الْوَسِيلَةَ أَيُّهُمْ أَقْرَبُ
“Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada Rabb (Pemelihara) mereka. Siapa diantara mereka yang lebih dekat (kepada Allah). (Al Isra’: 57).
Mereka berdo’a kepada Nabi 'Isa bin Maryam dan ibunya, padahal Allah Subhanahu wata'ala sudah berfirman:
مَا الْمَسِيحُ ابْنُ مَرْيَمَ إِلا رَسُولٌ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِ الرُّسُلُ وَأُمُّهُ صِدِّيقَةٌ كَانَا يَأْكُلانِ الطَّعَامَ انْظُرْ كَيْفَ نُبَيِّنُ لَهُمُ الآيَاتِ ثُمَّ انْظُرْ أَنَّى يُؤْفَكُونَ
“Al-Masih (Isa) putera maryam itu hanyalah seorang Rasul yang sesungguhnya telah berlalu sebelumnya beberapa rasul. Dan ibunya seorang yang sangat benar, keduanya biasa memakan Makanan. Perhatikan bagaimana kita menjelaskan kepada mereka (ahli kitab) tanda-tanda kekuasaan (kami), kemudian perhatikanlah bagaimana mereka dipalingkan (dari memperhatikan ayat-ayat itu).” (Al Maidah: 75).
Dan bacakan kepadanya firman Allah Ta’ala:
وَيَوْمَ يَحْشُرُهُمْ جَمِيعًا ثُمَّ يَقُولُ لِلْمَلائِكَةِ أَهَؤُلاءِ إِيَّاكُمْ كَانُوا يَعْبُدُونَ. قَالُوا سُبْحَانَكَ أَنْتَ وَلِيُّنَا مِنْ دُونِهِمْ بَلْ كَانُوا يَعْبُدُونَ الْجِنَّ أَكْثَرُهُمْ بِهِمْ مُؤْمِنُونَ
“Dan (ingatlah) hari (yang di waktu itu) Allah mengumpulkan mereka semuanya kemudian Allah berfirman kepada malaikat: “apakah mereka ini dahulu menyembah kamu? “Malaikat-malaikat itu menjawab: maha suci Engkau. Engkaulah pelindung kami, bukan mereka, bahkan mereka telah menyembah jin (syetan), kebanyakan mereka beriman kepada jin itu.” (Saba’: 40-41).
Dan juga firman Allah Ta’ala:
وَإِذْ قَالَ اللَّهُ يَا عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ أَأَنْتَ قُلْتَ لِلنَّاسِ اتَّخِذُونِي وَأُمِّيَ إِلَهَيْنِ مِنْ دُونِ اللَّهِ قَالَ سُبْحَانَكَ مَا يَكُونُ لِي أَنْ أَقُولَ مَا لَيْسَ لِي بِحَقٍّ
“Hai ‘Isa putera Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia: “jadikanlah aku dan ibuku dua orang tuhan selain Allah?” menjawab (Isa):“Maha suci Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku (mengatakannya)”. (Al Maidah:116).
Lalu katakan padanya: “kamu kini sudah tahu, bahwa Allah telah mengkafirkan orang yang menujukan pemujaannya kepada berhala-berhala. Dan Allah telah mengkafirkan orang yang menujukan pemujaannya kepada orang-orang shalih, dan orang-orang yang semacam itu telah diperangi oleh Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam“.
Jika dia mengatakan: “Orang-orang kafirlah yang menginginkan dari orang-orang shalih itu, sedangkan saya bersaksi, bahwasanya Allah-lah yang memberi manfa’at, Yang memberi madharat, yang mengatur segala urusan. Saya tidak bermaksud kecuali Dia, sedangkan orang-orang shalih itu tidak memiliki kekuasaan apapun. Hanya saja saya bermaksud kepada mereka untuk mengharap dari Allah syafa’at mereka bagiku”.
Sebagai jawaban ucapan itu adalah: Bahwasanya ucapan seperti itu adalah sama persis dengan ucapan orang-orang kafir. Lantas bacakan kepadanya firman Allah Ta’ala:
وَالَّذِينَ اتَّخَذُوا مِنْ دُونِهِ أَوْلِيَاءَ مَا نَعْبُدُهُمْ إِلا لِيُقَرِّبُونَا إِلَى اللَّهِ زُلْفَى
Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata): “Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-sekatnya.” (Az Zumar: 3).
Dan firman Allah Ta’ala:
هَؤُلاءِ شُفَعَاؤُنَا عِنْدَ اللَّهِ
“Mereka itu adalah pemberi syafa’at kepada kami di sisi Allah.” (Yunus:18).
Ketahuilah (wahai saudaraku seiman) bahwasanya ketiga syubhat (hujjah batil yang mereka anggap benar) itu [3] adalah syubhat yang paling besar yang ada pada mereka, untuk itu jika anda sudah ketahui, bahwasanya Allah sudah menjelaskan tiga hal itu di dalam kitab-Nya, dan anda pun sudah memahaminya dengan pemahaman yang baik, maka berbagai syubhat selain itu akan terasa lebih mudah dibanding tiga syubhat di atas.
____________
Footnote:
[1] Yakni dengan menjadikan orang-orang shalih itu sebagai washithah (perantara) antara dia dengan Allah Yang Maha Dekat lagi memperkenankan do’a hamba- hamba-Nya, hal ini yang ada pada para penyembah orang-orang mati, perbuatan itu kufur berdasarkan kesepakatan para ulama.
[2] Yakni ayat-ayat yang menunjukkan atas kekufuran orang-orang yang berdo’a kepada selain Allah baik itu orang-orang mati, batu dan lain-lain dengan penyembelihan- penyembelihan dan nadzar.
[3] Syubhat pertama: ucapan mereka: “kami tidak menyekutukan Allah”, kedua: ucapan mereka: “bahwa ayat-ayat itu turun tentang hal orang yang menyembah berhala,” dan syubhat yang ketiga: Ucapan mereka: “orang-orang kafir itulah yang menginginkan dari mereka (orang-orang yang shalih)…. Dst (lihat diatas).

------------------ 


منها قولهم: نحن لا نشرك بالله، بل نشهد أنه لا يخلق ولا يرزق ولا ينفع ولا يضر إلا الله وحده لا شريك له، وأن محمداً لا يملك لنفسه نفعاً ولا ضراً، فضلاً عن عبد القادر أو غيره، ولكن أنا مذنب والصالحون لهم جاه عند الله، وأطلب من الله بهم ، فجاوبه بما تقدم وهو أن الذين قاتلهم رسول الله مُقرِّون بما ذكرت، ومُقرِّون بأن أوثانهم لا تدبر شيئاً وإنما أرادوا الجاه والشفاعة. واقرأ عليه ما ذكر الله في كتابه ووضحه.
فإن قال: هؤلاء الآيات نزلت فيمن يعبد الأصنام، كيف تجعلون الصالحين مثل الأصنام أم كيف تجعلون الأنبياء أصناماً؟ فجاوبه بما تقدم فإنه إذا أقر أن الكفار يشهدون بالربوبية كلها لله، وأنهم ما أرادوا ممن قصدوا إلا الشفاعة.
ولكن إذا أراد أن يفرق بين فعلهم وفعله بما ذكره، فاذكر له أن الكفار منهم من يدعو الصالحين والأصنام ومنهم من يدعو الأولياء الذين قال الله فيهم: أُولَـئِكَ الَّذِينَ يَدْعُونَ يَبْتَغُونَ إِلَى رَبِّهِمُ الْوَسِيلَةَ أَيُّهُمْ أَقْرَبُ [الإسراء:57]، ويدعون عيسى ابن مريم وأمه، وقد قال تعالى: مَّا الْمَسِيحُ ابْنُ مَرْيَمَ إِلاَّ رَسُولٌ قَدْ خَلَتْ مِن قَبْلِهِ الرُّسُلُ وَأُمُّهُ صِدِّيقَةٌ كَانَا يَأْكُلاَنِ الطَّعَامَ انظُرْ كَيْفَ نُبَيِّنُ لَهُمُ الآيَاتِ ثُمَّ انظُرْ أَنَّى يُؤْفَكُونَ (75) قُلْ أَتَعْبُدُونَ مِن دُونِ اللّهِ مَا لاَ يَمْلِكُ لَكُمْ ضَرّاً وَلاَ نَفْعاً وَاللّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ [المائدة:76،75] واذكر له قوله تعالى: وَيَوْمَ يَحْشُرُهُمْ جَمِيعاً ثُمَّ يَقُولُ لِلْمَلَائِكَةِ أَهَؤُلَاء إِيَّاكُمْ كَانُوا يَعْبُدُونَ (40) قَالُوا سُبْحَانَكَ أَنتَ وَلِيُّنَا مِن دُونِهِم بَلْ كَانُوا يَعْبُدُونَ الْجِنَّ أَكْثَرُهُم بِهِم مُّؤْمِنُونَ [سبأ:41،40]، وقال تعالى: وَإِذْ قَالَ اللّهُ يَا عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ أَأَنتَ قُلتَ لِلنَّاسِ اتَّخِذُونِي وَأُمِّيَ إِلَـهَيْنِ مِن دُونِ اللّهِ قَالَ سُبْحَانَكَ مَا يَكُونُ لِي أَنْ أَقُولَ مَا لَيْسَ لِي بِحَقٍّ [المائدة:116]، الآية، فقل له: أعرفت أن الله كفر من قصد الأصنام، وكفر من قصد الصالحين وقاتلهم رسول الله .
فإن قال: الكفار يريدون منهم: وأنا أشهد أن الله هو النافع الضار لا أريد إلا منه والصالحون ليس لهم من الأمر شئ ولكن أقصدهم أرجو من الله شفاعتهم.
فالجواب: أن هذا قول الكفار سواء بسواءٍ فاقرأ عليه قوله تعالى: وَالَّذِينَ اتَّخَذُوا مِن دُونِهِ أَوْلِيَاء مَا نَعْبُدُهُمْ إِلَّا لِيُقَرِّبُونَا إِلَى اللَّهِ زُلْفَى [الزمر:3]، وقوله تعالى: وَيَقُولُونَ هَـؤُلاء شُفَعَاؤُنَا عِندَ اللّهِ [يونس:18].
واعلم أن هذه الشبه الثلاث هي أكبر ما عندهم، فإذا عرفت أن الله وضحها في كتابه، وفهمتها فهماً جيداً فما بعدها أيسر منها.

Pembelaan

Download Audio dan Video Menyingkap Hakikat Wahabi oleh Ustad Dzulqarnain Muhammad Sunusi

Kajian Ilmiah MENYINGKAP HAKIKAT WAHABI PEMATERI: Ustadz Dzulqarnain Muhammad Sunusi [Pengasuh Pesantren As-Sunnah Makassar] WAKTU:...